Kamis, 14 November 2013

TUGAS PAPER SEJARAH GEREJA INDONESIA




SEJARAH GEREJA DI INDONESIA SEJAK TAHUN 1930 – KINI

TUGAS PAPER
Guna Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan
Mata Kuliah Sejarah Gereja Indonesia






Oleh:
Benalia Hulu
Nim: 10-555



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH
JAKARTA
2013

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berhubungan dengan sejarah, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan tidak dapat dipisahkan, yaitu sejarah gereja Umum, sejarah gereja Asia dan sejarah gereja Indonesia. Dari ketiga bagian ini, yang pertama sering dialami oleh para mahasiswa sebagai yang peling sulit, bahkan minat untuk mempelajarinya sangat kurang. Alasannya adalah karena mata pelajaran ini bila dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari, kurang mengena atau kurang berhubungan secara langsung.
Tetapi pada hakekatnya, bahwa sejarah gereja haruslah dipelajari oleh para mahasiswa. Karena sangat penting untuk menmgetahui sejarah yang sudah pernah terjadi sebelum gereja-gereja sekarang ada.  Tujuannya untuk mempelajari adalah agar para mahasiswa dapat mengingat kejadian-kejadian apa yang terjadi pada zaman nenek moyang dahulu kala dalam perjuangan mereka untuk pemberitaan Injil itu terhadap seluruh Dunia, khususnya di Indonesia.
A.    Pengertian sejarah Gereja Indonesia
Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah, yaitu: pertama Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau); kedua Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah yaitu Ilmu Sejarah/pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).[1]
Kata gereja melalui kata Portugis igreja, berasal dari kata Yunani ekklesia. Selain itu dalam bahasa Yunani ada satu kata lain yang gereja, yaitu kuriakon (rumah) Tuhan. Inggris cruch dan Belanda krek berasal ari kata Yunani itu. Ekklesia berarti: mereka yang dipanggil. Yang pertama dipanggil oleh Kristus ialah para murid, Petrus dan yang lain. Sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya: mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah gereja Kristen.[2]
Sejarah Gereja Indonesia adalah kisah tentang aktifitas misionaris (misi) dan respon orang-orang di Nusantara  terhadap panggilan Yesus Kristus melalui pemberitaan Injil oleh para misionaris (Nestorian di Barus, Gereja Katolik dari Eropa, zending dari Belanda, dan Negara-negara lain), yang bermisi ke Nusantara pada abad ke 7 – 19.

B.     Sejarah gereja Indonesia sejak 1930 – kini
1.      Gereja-gereja Indonesia pada masa Jepang (1942-1945)
Gereja Kristen pertama kali dibawa Jepang mulai tahun 1549, dengan hasil besar. Tetapi antara tahun 1614-1636 berlangsung penghambatan yang hampir melenyapkan agama Kristen dari bumi Jepang. Negara itu menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh dari luar dan melarang para penyebar agama Kristen masuk. Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika memaksa Jepang meniadakan larangan masuk bagi orang asing. Peristiwa itu kembali membuka pintu bagi para pekabar penginjil.
Keadaan gereja-gereja di Indonesia pada permulaan masa Jepang, dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Pada umumnya orang Belanda yang menempati kedudukan penting sebagai badan-badan pemimpin pusat, baik dalam perguruan tinggi teologi maupun dalam gereja.
b.      Pelayan-pelayan di Indonesia sudah mulai ada ketua sinode. Bahkan di beberapa daerah mereka menjabat pendeta resort (kedudukannya sama dengan kedudukan seorang zendeling/pendeta bangsa Belanda).
c.       Di bidang keuangan, gereja-gereja pada umumnya belum berdiri sendiri. Artinya adalah bahwa gereja tersebut di subsidi oleh pihak zending (gaji para zendeling dan para guru injili), dan dari pihak pemerintah (gaji guru-guru sekolah, gaji seluruh tenaga GPI). keuangan gereja (zending), hal ini diurus oleh seorang Eropa.
d.      Gereja harus menghadapi sendiri kejadian-kejadian yang menimpanya dan harus menentukan sendiri kebijakan terhadap tindakan dan tuntutan orang Jepang.
e.       Sikap orang Kristen terhadap para pemimpin gereja bangsa Belanda berbeda-beda. Di beberapa gereja para zendeling masih dipandang selaku bapak maha tahu dan pelindung yang maha kuat (khususnya yang sudah agak berumur atau yang tinggal di pedesaan).
Sebelum Jepang masuk, orang Eropa, termasuk pelayan para gereja dan zending, menduga mereka akan dibiarkan akan meneruskan pekerjaannya. Sedangkan Jepang bermaksud untuk melenyapkan pengaruh Barat dari masyarakat Indonesia.
Selain itu, mereka mengambil beberapa tindakan yang secara langsung/tidak langsung menyangkut kehidupan intern gereja. Yang berpengaruh secara langsung ialah keputusan Jepang supaya semua sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan kepada pemerintah (1April 1943). Hal itu menunjukkan bahwa sekolah-sekolah itu tidak dapat diberikan pengajaran agama. Mata pelajaran itu diganti dengan pengajaran “semangat Jepang”. Di samping itu juga dilarang untuk mengadakan ibadah di gedung sekolah.
Pada permulaan masa Jepang, sebagian besar orang Kristen Indonesia sudah mengalami kehidupan sebagai gereja mandiri, namun peranan orang Eropa dalam gereja-gereja itu masih besar sekali. Pada masa perang, tindakan orang Jepang menghadapkan orang Kristen pada tantangan yang hebat di bidang kerohanian, kepemimpinan, dan keuangan. Di tengah kemelut itu muncul beberapa tokoh pemimpin yang memahami serta menjawab tantangan itu.  Kebanyakan penghantar jemaat dan orang Kristen lainnya yang meninggal dunia akibat perbuatan oknum-oknum yang memusuhi agama Kristen. Lebih besar lagi jumlah orang Kristen dan tenaga zending yang meninggal akibat tindakan Jepang. Selama masa Jepang, organisasi gereja tidak dapat berjalan dengan lancar, tetapi kehidupan jemaat berlangsung terus dan kesadaran jemaat bertambah besar.[3]
2.      Gereja masa Kemerdekaan RI (1945-1950)
Pada waktu Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Maret 1945 maka berakhirlah penindasan dan penjajahan Jepang atas Indonesia. Bersmaan dengan itu usaha dan semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dan tanah air sudah mencapai taraf kematangannya, yang berpuncak dengan Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun datangnya tentara Sekutu yang menggantikan Jepang, kemudian disusul dengan kembalinya Belanda untuk menjajah lagi bangsa Indonesia, telah mengakibatkan bentrok fisik yang berkembang menjadi Perang Kemerdekaan.
Dalam masa pendudukan Jepang gereja-gereja di Indonesia yang telah cukup matang dipersiapkan di masa pendudukan Jepang sepenuhnya sadar bahwa perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan bangsa itu adalah tanggung jawab dan tugas seluruh rakyat Indonesia. sehingga orang Kristen sebagai bagian integral dari bangsa ini  sepenuhnya ikut pula bertanggung jawab. Sejak semula, ketika diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, orang Kristen sepenuhnya sudah terlibat dalam perjuangan rakyat.[4]

3.      Gereja yang bertumbuh/tinggal landas ( 1950-kini)

Alasan perhitungan pertumbuhan Gereja Indonesia oleh para ahli sejarah Gereja dimulai sejak tahun 1950, karena sejak tahun itu terjadilah beberapa hal berikut ini yang nanti menjadi ukuran pertumbuhan tersebut. Peristiwa-peristiwa itu, seperti:
1.      Pembentukan Dewan gereja-gereja di Indonesia. Dewan gereja-gereja di Indonesia didirikan pada tanggal 25 Mei 1950, bertepatan dengan perayaan Hari Raya Pentakosta. Anggota DGI pada waktu itu berjumlah 29 denominasi, dan dalam perkembangan selanjutnya gereja-gereja aliran Pentakosta pun menjadi anggota DGI atau sekarang PGI.
2.      Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia. Ada peristiwa yang berdampak pada pertambahan anggota gereja tetapi ada juga peristiwa-peristiwa yang berdampak pada berkurangnya anggota gereja.
Selain itu pertumbuhan Gereja sejak Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan masa kini juga harus dilihat dari perjumpaan gereja Indonesia dengan pergumulan politik, dalam pergerakan oikumenikal, dan sikap gereja di tengah masyarakat yang menganut agama lain. Ini penting disinggung karena gereja Indonesia yang bertumbuh adalah Gereja Indonesia yang akan berinteraksi dengan banyak pergumulan di Indonesia.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas adalah dapat disimpulkan bahwa perkembangan gereja di Indonesia sangat membaik, walaupun sebelumnya banyak mengalami kesulitan yang dilalui di masa yang lalu. Tetapi pada zaman sekarang ini, dapat dilihat dari kenyataannya, bahwa gereja-gereja sudah berdiri sendiri dan berkembang dimana-mana, baik di perkotaan maupun di perdesaan.


Sumber:

[1] W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, 1976)
[2] Dr. Th. Van den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2001) hal 1-2.
[3] Dr. Th. Van den End, Ragi Carita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999) hal 354.
[4] http://blog-sejarah gerejaindonesia.blogspot.com

Selasa, 09 Oktober 2012

Peranan Teknologi Dan Media Pembelajaran


Nama               : Benalia Hulu
Semester          : V 
Mata Kuliah    : Teknologi dan Media Pembelajaran
Dosen              : Yonas Muanley, M.Th

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Pendahuluan
Teknologi merupakan hasil budaya manusia, semakin manusia berkembang maka  semakin berkembang pula teknologi yang dimiliki. Misalnya, ketika pertama kali PC muncul (masih tanpa hardisk, komputer TX), orang bertanya-tanya, apakah ini merupakan sebuah lompatan besar umat manusia saat itu?, tidak lama kemudian muncul generasi keduanya, ketiga, dan akhirnya muncul generasi ke 4 yang dinamakan super komputer, dan pada saat ini pun setiap orang, setiap rumah, kantor, dimana saja, sudah dapat memiliki komputer.
Teknologi pada dasarnya membantu pekerjaan manusia, mempermudah kinerja, bahkan bisa meningkatkan output dari sistem kerja tersebut. Akan tetapi disisi lain, komputer juga berperan dalam meningkatkan aksi kejahatan, atau juga merusak bagian-bagian lainnya dari sisi kehidupan manusia. Hidup manusia tidak terpisahkan dengan teknologi, akan tetapi besok... bisa saja manusia diperbudak oleh teknologi.
Salah satu kompetensi proses belajar mengajar bagi seorang pengajar adalah keterampilan mengajak dan membangkitkan mahasiswa berpikir kritis. Kemampuan itu didukung oleh kemampuan pengajar dalam menggunakan media ajar. (Daniel, Jos,1986). Peranan pengajar sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dalam pengembangan kegiatan belajar mahasiswa, pengajar harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi mahasiswa, menumbuhkan aktivitas dan kereativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar (Slameto,1988).
Teknologi dan media dapat banyak berperan dalam pembelajaran. Instruksi dapat tergantung pada kehadiran guru (diarahkan instruktur), bahkan pada situasi ini media banyak digunakan oleh guru. Dilain pihak instruksi mungkin tidak membutuhkan guru, pembelajaran yang diarahkan siswa disebut instruksi mandiri (self instruction).
Selain kehadiran guru, faktor pendukung lain dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam pengembangan media pembelajaran adalah : Media yang meliputi video, televisi, diagram, materi cetak, program computer; Sistem Pembelajaran, yang terbagi dalam beberapa kategori; yaitu belajar di kelas, melalui siaran, melalui paket belajar, menggunakan internet, kegiatan laboratorium, bengkel kerja, seminar, karyawisata, melalui komputer dan telekomfren; Citra Visual, media ini dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin dan lainnya; Multimedia, berperan dalam pendidikan dan pelatihan dengan melibatkan pelajar dalam multi pengalaman indrawi untuk mempromosikan belajar; Pembelajaran jarak jauh, yaitu pembelajaran melalui alat komunikasi yang mencakup berbagai jenis bentuk komunikasi, termasuk radio, telepon, dan televisi (siaran langsung, dengan kabel, atau satelit): Pusat pembelajaran, dalam hal ini pusat pembelajaran mahasiswa memberikan latihan dengan umpan balik melalui kegiatan individual.

Penggunaan media pembelajaran
Secara sederhana istilah media dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar. Sedangkan istilah pembelajaran adalah kondisi untuk membuat seseorang melakukan kegiatan belajar. Dengan merujuk pada definisi tersebut maka media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar atau berbagai jenis sumber daya yang dapat difungsikan dalam proses pembelajaran, berdasarkan ruang lingkup sumber belajar di atas, maka media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar yang menekankan pada software atau perangkat lunak dan hardware atau perangkat keras. Nilai media ditentukan oleh fungsinya yang sangat kuat untuk meningkatkan kadar hasil belajar, beberapa fungsi media meliputi : Menangkap suatu objek atau peristiwa tertentu. Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka, dapat di abadikan dengan foto film atau direkam melalui radio kemudian peristiwa itu dapat disampaikan dan dapat digunakan manakala diperlukan.
Kesempatan belajar yang lebih merata. Dengan menggunakan berbagai media seperti audio, video, slide suara, dan sebagainya, memungkinkan setiap orang dapat belajar dimana saja dan kapan saja.
Pengajaran lebih berdasarkan ilmu. Dengan menggunakan media proses belajar mengajar akan lebih terencana dengan baik sebab media dianggap sebagai bagian yang integral dari sistem belajar mengajar, oleh sebab itu sebelum pelaksanaannya guru/dosen dihadapkan kepada satu keharusan untuk mengidentifikasi dan karakteristik itu mahasiswa sehubungan dengan menggunakan media; Menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa keruang kelas. Memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit nampak dilihat mata, seperti sel-sel butir darah/molekul bakteri dan sebagainya. Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihat dalam waktu yang relatif cepat. Memperlambat suatu proses gerakan yang terlalu cepat. Menyederhanakan suatu objek yang terlalu komplek. Memperjelas bunyi-bunyian yang sangat lemah sehingga dapat di tangkap oleh telinga.

Manfaat lain dari media pembelajaran adalah :
·         Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki mahasiswa,
·         Media dapat mengatasi batas ruang kelas,
·         Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dan lingkungan.
·         Media dapat menghasilkan keseragaman pengamat.
·         Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat.
·         Media dapat membangkitkan motifasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.
·         Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
·         Media dapat mengontrol atau kecepatan belajar peserta.
·         Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkrit sampai yang abstrak. Pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran, diperkuat oleh pendapat Edgare Dale yang mengemukakan teori  : dalam teori ini keberhasilan belajar diukur dengan kadar pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa tergantung perlakuannya dalam belajar, baik perlakuan guru/dosen atau aktivitas mahasiswa ketika belajar. 
Dari gambaran di atas, dapat dijelaskan bahwa perlakuan dalam pembelajaran akan mempengaruhi terhadap pengalaman belajar, semakin abstrak perlakuan dalam pembelajaran misalnya dengan ceramah yang menggunakan simbol, belajar dengan membaca maka pengalaman belajar yang diperoleh tidak terlalu besar, sebaliknya semakin menggunakan media yang mengarahkan pada kegiatan langsung (performane) maka pengalaman belajar akan diperoleh secara maksimal. Kedudukan media cukup penting artinya dalam meningkatkan kadar informasi yang kita ingat (70%) dibandingkan dengan pembelajaran melalui metode ceramah (20%).
Berdasarkan klasifikasinya Ely (1980 : 22) mengklasifikasikan media menjadi 6 klasifikasi yaitu :
1.      Kelompok media gambar diam/tidak bergerak, seperti gambar. Foto, peta, kartun, sketsa, grafik dan sebagainya.
2.      Benda-benda yang hanya dapat didengar, seperti radio rekaman, tape rekorder, dan sebagainya.
3.      Gambar hidup yang bersuara maupun yang tidak bersuara seperti film 8 mm dan film ukuran 16 mm.
4.      Televisi dan radio,
5.      Benda-benda asli, orang model dan simulasi benda atau objek adalah benda yang sesungguhnya yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar seperti dari kebun sekolah atau lingkungan sekolah. Orang adalah manusia-manusia yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar seperti guru/dosen, tokoh masyarakat, dokter, dan orang yang mempunyai keahlian masing-masing. Model adalah seluruh benda-benda tiruan sehingga model kerangka manusia, model jantung, model mobil-mobilan, dan sebagainya. Sedangkan simulasi adalah aktifitas mahasiswa sebagai peniruan situasi yang sebenarnya, seperti tingkah laku seseorang dokter dalam pemeriksaan pasien, tingkah laku pengemudi model dan sebagainya.
6.      Pengajaran program dan pengajaran dengan bantuan komputer, adalah benda-benda atau pengajaran yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk digunakan oleh mahasiswa sebagai bahan belajar, seperti buku, teks, modul, dan program pengajaran yang disiapkan dengan menggunakan komputer
                                                                                            
Adapun Peranan Teknologi pendidikan/pembelajaran adalah:
-          Mempengaruhi kemajuan pendidikan bagi bangsa, warga negara, gereja.
-          Mampu mengubah arus zaman.
-          Mempengaruhi aktifitas, proses pembelajaran mampu lebih mudah dan lebih cepat,
-          Dapat mengurangi beban, atau pekerjaan yang memerlukan tenaga kerja dan biaya sangat mahal.
-          Menjadi sumber belajar.
-          Menolong dalam kemandirian belajar.
-          Meningkatkan mutu pendidikan/sekolah.
-          Mempermudah mencapai tujuan pendidikan.
-          Meningkatkan efektifitas dan efesien proses belajar mengajar.
-          Sebagai mitra intelektual untuk mendukung pelajar.


Kesimpulan
Teknologi pendidikan/pembelajaran merupakan konsep yang lama di dunia pendidikan umum masa kini, namun jarang dibicarakan dalam pendidikan teologi pada hal bidang ini sangat penting dan telah mempengaruhi kehidupan masyarakat, baik secara regional maupun internasional. Intinya teknologi telah mempengaruhi lahirnya globalisasi, tetapi apakah teknologi dapat dimanfaatkan secara baik di dunia pendidikan teologi?
Peranan teknologi pembelajaran adalah suatu proses yang dapat mempengaruhi kemajuan kognitif, afektif, psikomotorik dan pengembangan IQ, EQ, serta SQ.

Sumber:
Internet artikel pendidikan.
http://perintiswebblog.blogspot.com
Penjelasan Dosen.

Senin, 13 Februari 2012

Sejarah Gereja Asia

LAPORAN BACA
Nama               : Benalia Hulu
Semester          : IV (Empat)
Mata Kuliah    : Sejarah Gereja Asia
Dosen              : Yonas Muanley, M.Th
Buku               : Sejarah Gereja Asia
Pengarang       : DR. Anne Ruck

Kekristenan lahir di tempat antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Dari segi geografis kota Yerusalem terletak diwilayah Asia Barat, tetapi dari segi polotis merupakan ibukota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang berorientasi ke arah Eropa. Dari sinilah Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi.  Masa pertama Gereja di Asia (sampai tahun 1500), menguraikan perluasan kekristenan pertama ke arah Timur, ke wilayah Timur Tengah, India dan sampai ke Cina. Orang Kristen Asia adalah orang yang pertama sekali memakai gedung gereja sebagai tempat beribadah dan yang pertama menerjemahkan Alkitab. Raja Kristen pertama adalah orang Asia.
Bagian Barat mengabarkan Injil di Asia (1500-1945), menguraikan sejarah gereja Asia pada zaman misi Gereja Barat. Periode tersebut merupakan periode yang paling kaya dari segi sumber-sumber historis, baik sumber primer maupun buku-buku dan lain-lain. Di Asia kekristenan menghadapi agama-agama dan kebudayaan kuat, yang sulit dimasuki Injil. Kesulitannya menimbulkan beberapa pertikaian, misalnya mengenai isu tentang kasta, upacara menghormati nenek moyang dan lain-lain. Penginjilan diarahkan pada golongaan masyarakat yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi katolik, misi Protestan mengutamakan penerjemahan Alkitab sebagai langkah pertama pekabaran Injil. Gereja protestan menekankan Firman Tuhan (sola scriptura), ditambah lagi tersedianya Alkitab dalam bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi kontekstual, tanpa bergantung terus pada hasil penafsiran orang-orang Barat.
            Tujuan misi Protestan adalah menanam serta mendidik gereja-gereja bumi putra mandiri. Beberapa gereja di Asia, terutama di Korea dan jepang, dengan cepat mencapai kemandirian ekonomi, sedangkan di negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari luar. Orang Kristen setempat dipersiapkan jawab atau kekuasaannya. Perang Dunia II secara dratis menghentikan “masa remaja” gereja Asia, sehingga dipaksa untuk mencapai kemandirian. Kekristenan Asia pada periode 1945-90, menguraikan sejarah gereja-gereja dalam usaha mencapai kemandirian, serta mengembangkan kekristenan bergaya Asia abad ke-20.
Permulaan Gereja Di Asia
A.    Timur Tengah
Antiokhia, ibukota propinsi Siria, kota ketiga dalam Kekaisaran Romawi, menjadi pusat penginjilan kepada orang-orang bukan Yahudi. Di kota inilah para pengikut Yesus untuk pertama kalinya disebut ‘Kristen’. Gereja di Antiokhia menjadi gereja pengutus bagi perjalanan Paulus dan Barnabas ke propinsi Asia Kecil (Turki). Gereja di Antiokhia bertanggung jawab atas penggembalaan di daerah tersebut, sebagaimana tampak pada tujuh puncak surat tulisan Ignatius, Uskup Antiokhia, ketika ia sedang dibawa ke Kota Roma untuk dihukum mati pada tahun 107 M. Uskup Antiokhia berkuasa atas daerah di sebelah timur Laut Tengah. Dua negara besar yang berkuasa atas daerah Timur Tengah pada abad pertama adalah Roma dan Partia (kemudian disebut Persia). Dalam Kekaisaran Romawi ada beberapa faktor yang emnolong penyebaran Injil kearah Barat. Hukum dan tata-kenegaraan Romawi (pax Romana ‘Perdamaian Roma’) menjamin keamanan dan stabilitas.
Daerah-daerah di kawasan timur kurang stabil dibandingkan dengan Kekaisaran Romawi. Lembah Sungai Efrat, daerah yang berbatasan dengan Kekaisaran Romawi, tergoncang oleh peperangan antara Roma dan Partia/Persia. Namun, sistem perhubungan melalui jalan perdagangan (jalan sutra) dari Siria ke lembah Tigris-Efrat (Irak, Iran), menuju ke Cina, ataupun melalui arah perjalanan laut dari Mesir ke Arabia dan India sudah baik. Penyebaran Injil ke Asia mengikuti jalan-jalan perdegangan tersebut. Daerah timurjuga mempunyai bahasa bersama. Bahasa Siria (Arami), yang dipakai seluruh Mesopotamia, dan juga orang Yahudi untuk sehari-harinya. Terjemahan Alkitab dalam bahasa Siria menjadi sarana penginjilan yang penting. Bangsa Yahudi menjadi jembatan untuk penginjilan di seluruh daerah Timur Tengah.
B.     India
Menurut Kisah Rasul Tomas, setelah hari pentakosta kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan ke mana setiap orang diutus untuk mengabarkan Injil. Di India, disuruh membangun istana un tuk Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterima untuk pembangunan istana diberikan oleh Tomas kepada orang miskin. Tomas menerangkan bahwa ia sedang membangun istana di sorga bagi Raja Gudnaphar. Raja itu sangat marah memenjarakan Tomas. Akan tetapi, sesudah Tomas melakukan beberapa mujizat bersama dengan adiknya Gad menerima ‘tiga tanda meterai kekristenan’, yaitu urapan minyak, babtisan dan perjamuan Kudus. Tomas berjalan jauh untuk mengabarkan Injil, sampai ia ditombak mati di bagian di india. Bukti menunjukkan bahwa seorang yang bernama Tomas pedagang memimpin suatu kelompok besar, 400 oarng Kristen, mengungsi pada Partia pada tahun 345, pada masa penghambatan. Sebuah patung perunggu telah ditemukan yang menggambarkan raja Malabar, Palli-Vanavar, yang meninggal kira-kira tahun 350. Patung raja tersebut dihiasi kalung dengan lambang salib, dengan teratai di tangahnya.
C.    Edessa
Di antara dua negara besar, Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Partia, terletak beberapa negara kecil yang berjuang dengan susah payah untuk mempertahankan kedudukan mereka sebagai negara merdeka. Salah satu negara kecil itu adalah kerajaan Osrhoene. Ibukotanya adalah Edessa, yang terletak di Sungai Daisan, anak Sungai Efrat, dekat jalan perdagangan antara Armenia dan padang gurun pasir di Siria. Edessa adalah kota pertama yang mempunyai gedung gereja. Orang-orang Kristen di Kekaisaran Romawi masa itu berkumpul di rumah-rumah jemaat untuk beribadat. Pada akhir abad ke-2 gereja di Edessa sudah mempunyai klerus. Menurut ajaran Addai, Uskup Edessa yang pertama adalah Addai dan ia mengangkat Aggai sebagai penggantinya. Aggai, tukang jahit kain sutra di istana, dibunuh atas perintah anak Abgar, orang yang tidak percaya. Kemudian Palut ditahbiskan sebagai uskup oleh Serapion, Uskup Antiokhia, menjelang akhir abad ke-2. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa Uskup Antiokhia berwewenang atas Gereja Timur pada masa itu. Pada abad ke-3 gereja di Edessa sudah berkembang dan kuat. Pada tahun 216 kota Edessa direbut oleh Kaisar Caracalla, sehingga Osrhoene menjadi sebaian Kekaisaran Romawi.
D.    Kristologi dan Soteriologi Gereja Asia Purba
Agama Kristen lahir di suatu tempat dan pada suatu waktu di mana berbagai kebudayaan dan kepercayaan bertemu. Akarnya  ada dalam agama Yahudi. Dalam perkembangan teologi Kristen muncul berbagai perbedaan antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Mengenai antara hubungan Allah dan manusia. Gereja Roma berpikir secara praktis dan etis. Pokok persoalan utama yang dibicarakan adalah kebenaran; yaitu masalah dosa dan akibat dosa, pertobatan, dan kasih karunia Allah dalam pengampunan dosa. Yesus dianggap terutama sebagai Juruselamat. Perjamuan Kudus diberi tempat yang pokok, oleh karena sakramen tersebut kematian Tuhan Yesus di Kayu salib kita peringati. Orang-orang Kristen Asia lebih menekankan perasaan dan pengertian daripada kelakuan. Pokok utama bagi gereja Asia adalah perbedaan antara yang abadi  dan yang fana; apa yang diketahui untuk memperoleh hidup yang kekal.
Kesimpulannya: kota Antiokhia menjadi pusat pekabaran Injil ke dunia bukan Yahudi. Sumber-sumber unutk penginjilan di luar Kekaisaran Romawi sebagian bergantung pada legenda-legenda. Namun, trdisi bahwa Rasul Tomas mendirikan gereja di India didukung oleh penemuan-penemuan ilmu purbakala lain. Sudah terbukti bahwa Injil cepat tersebar di lembah Tigris-Efra, dengan perkembangan gereja yang kuat, yang berpusat di kota Edessa. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Siria memainkan peran bermakna dalam perkembangan jemaat. Gereja Asia purba memandang Kristus dari segi pertentangan antara yang fana dan yang abadi, sebagai Guru dan Penebus. Pengertian Asia itu dianggap dualistis oleh beberapa tokoh Gereja Barat, tetapi sekarang diterima sebagai suatu usaha mewujudkan kekristenan dalam konteks Asia.
Pertumbuhan Dan Penghambatan Di Persia
A.    Gereja Purba di Partia
Kerajaan Persia telah menguasai daerah Barat Tengah mulai abad ke-6 sampai abad ke-4 SM. Persia dikalahkan oleh Aleksander Agung, perintis dinasti Seleucid (Yunani). Kemudia pada tahun 247 SM bangsa Partia, pengembara-pengembara dari bagian utara, merebut kekuasaan di Asia Barat Tengah. Disana banyak corak kebudayaan dan agama yang berbeda-beda. Agama utama adalah agama Zoroaster. Dan masih banyak penganut-penganut lain. Imam-imam Zoroaster sering merampas rumah orang Kristen, menangkap dan menyiksa para penghuninya. Pada tahun 160 Uskup Abraham pergi ke Ktesiphon, ibukota Kekaisaran Partia, dengan tujuan memohon agar kaisar mengeluarkan edik melarang penyiksaan orang Kristen oleh imam-imam. Meskipun  gereja menghadapi penghambatan dari para tokoh Zoroaster, namun gereja terus berkembang.
B.     Penghambatan di bawah Kekaisaran Persia
Pada tahun 225 M propinsi Persia memberontak melawan Kekaisaran Partia. Dalam waktu satu tahun mereka merebut kekuasaan di seluruh daerah Kekaisaran Partia, dan memproklamirkan Ardasyair sebagai raja pertama dinasti Sassandi. Dengan peristiwa tersebut mulailah zaman Kekaisaran Persia yang kedua. Dinasti Sassanid menganggap dirinya sebagai ahli waris bangsa Media dan Persia. Mereka mempunyai cita-cita untuk memulihkan kejayaan Persia yang dulu, dan mempersatukan kekaisaran dalam satu agama. Pada tahun 226 agama Zoroaster dinyatakan sebagai agama negara Persia. Pada mulanya gereja tidak mengalami penghambatan, malahan berkembang. Kerajaan Persia Sassanid meneruskan peperangan melawan Kekaisaran Romawi.  Permusuhan antara Persia dan Roma begitu dahsyat sehingga orang Kristen yang mengungsi dari Roma karena dianiaya semakin diterima di Persia. Gereja di Persia maupun di Roma dianggap sebagai satu umat.
Kesimpulannya: Gereja berkembang di Persia, namun tetap merupakan kelompok minoritas. Agama Zoroaster (agama negara sesudah tahun 226) mempunyai susunan kepercayaan yang kuat dan hierarki magus-magus melawan agama-agama lain. Hubungan umat Kristen dengan saudara-saudara seiman di negara-negara lain menimbulkan kecurigaan, dengan akibat kebijakan pemerintah terhadap gereja selalu dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Roma, dan juga oleh baik buruknya hubungan Kekaisaran Persia dengan Kekaisaran Romawi.
Umat Kristen di Persia mengalami penganiayaan yang pasang surut. Tahun 339-379 merupakan puncak penganiayaan. Penganiayaan kali ini sampai-sampai melemahkan gereja. Meskipun demikian, gereja bertahan, sampai akhirnya pada tahun 410 diberi status minoritas resmi dalam negara bukan Kristen. Gereja di Persia mengembangkan suatu identitas yang kuat; dengan ciri-ciri teologi bercorak Nestorian, sehingga akhirnya dikenal sebagai gereja Nestorian; dengan penghargaan tinggi terhadap hidup beraskese; dan semangat  besar untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia.
Gereja Dan Islam
Perluasan agama Islam yang cepat pada abad ke-7 merupakan tantangan besar bagi Kekristenan di Asia, bahkan yang terbesar dalam sejarah gereja. Di Arabia dan di Afrika iman Kristen nyaris musnah. Di Siria dan di Palestina gereja dibiarkan sebagai minoritas resmi dalam sistem ‘dhimmi’. Penyerbuan bangsa Turki, bangsa yang sangat kejam, pada abad ke-11 menambahkan penganiayaan, sedangkan Perang Salib, dengan tujuan membebaskan Tanah Suci, akhirnya membawa penderitaan dan memperburuk hubungan Kristen-Islam.
Penindasan sosial dan ekonomi di bawah pemerintahan Islam melemahkan gereja. Penderitaan umat Kristen mencapai puncak yang paling dahsyat dengan pembunuhan besar-besaran oleh tentara Tamerlan. Akibatnya gereja Asia hampir hilang, kecuali di Siria, India Selatan dan beberapa jemaat kecil yang terpencar-pencar di Asia.
Misi Katolik Roma
Akibat sistim padroado, para pekabar Injil Katolik datang ke Asia berdampingan dengan penjajahan Portugal. Fransiskus Xaverius bersama tokoh-tokoh Yesuit lain mempelopori pengabdian penuh kasih serta metode pengajaran yang sederhana dan pekabar Injil di seluruh dunia, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan Portugal dan Spanyol. Di Jepang, Cina dan India misi Yesuit menghadapi agama-agama asli yang kuat. Mereka berusaha memenangkan orang-orang terkemuka, pemimpin masyarakat, dengan metode menyesuaikan imannya dengan kebudayaan Asia. Ordo-ordo lain menuduh Serikat Yesus terlalu sinkretis.
Di Jepang gereja cepat berkembang sebagai hasil pertobatan beberapa daimyo, lalu masa penganiayaan dahsyat hampir melenyapkan gereja. Di Cina, Ricci dan pengganti-penggantinya disenangi di istana, tetapi akhirnya gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara istiadat Cina, dan penentangan kaum Buddha. Di India De Nobili berhasil menginjili beberapa orang Brahmin, tetapi gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara istiadat Malabar. Dalam setiap pertikaian, keputusan terakhir Gereja Katolik Roma menolak bahaya sinkretisme atau kompromis dengan agama-agama lain.
Misi Protestan Dan Perkembangan Gereja Di Cina
Dengan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Cina, Robert Morrison meletakkan dasar misi Protestan di Cina. Pada abad ke-19 Cina terpaksa membuka diri terhadap orang asing dan terhadap perdagangan candu. Meskipun para misionaris mencela perdagangan tersebut, mereka berbondong-bondong masuk Cina bersamaan dengan imperialisme. Keadaan ini mengakibatkan kekristenan dianggap berkaitan erat dengan imperialisme.
Hudson taylor dengan badan misinya CIM mengabarkan Injil secara luas di pedalaman Cina, dengan tujuan agar orang Cina percaya secara pribadi kepada Yesus Kristus. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat Cina dan mendirikan gereja asli Cina. Pada tahun 1905 kurang lebih seperseuluh orang Protestan Cina telah menjadi Kristen sebagai hasil pelayanan CIM. Di lain pihak tujuan Timothy Richards adalah mendidik golongan terkemuka, agar kebudayaan Cina diresapi nilai-nilai Kristen dan alumni perguruan tinggi Kristen. Wang Mingado memimpin gerakan Kristen Cina yang bersifat asli, yang bebas dari pengaruh Barat dan tidak bergabung pada dukungan ekonomi Barat. Pada tahun 1949 kaum komunis menguasai seluruh Cina.
Misi Dan Perkembangan Gereja Di Jepang
Pada abad ke-19 perjanjian-perjanjian perdagangan membuka jalan bagi pekabaran Injil di Jepang. Orang Jepang ingin memperoleh teknologi dan pengetahuan Barat, sehingga semakin terbuka terhadap agama Kristen, bahkan pemerintah mengangkat orang Kristen sebagai pengajar diperguruan negeri. Dengan datangnya pastor-pastor Katolik Roma, umat Kristen tersembunyi yang merupakan keturunan jemaat-jemaat yang pertama di Injili 300 sebelumnya, berani manampakkan diri. Meskipun dianiaya, gereja Katolik Roma berkembang. Nikolai, pendeta konsul Rusia, membangun gereja Ortodoks Rusia di Jepang.
Gereja-gereja Protestan berhasil diantara golongan militer, yaitu Samorai, yang tertarik pada konsep pemuridan dan pengabdian. Orang-orang Skristen Samurai mengadakan pertemuan ditempat salah seorang guru Kristen, di perguruan tinggi Kristen atau di perguruan tinggi pemerintah. Kebangunan rohani pada masa 1880-an membuat gereja berkembang cepat. Beberapa tokoh Kristen Jepang muncul sebagai pemimpin , yang mewujudkan kekristenan gaya Jepang. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Pengabdian Kagawa melayani orang miskin menggerakkan hati nurani masyarakat Jepang. Meskipun perkembangan gereja di Jepang cukup menggembirakan, namun kehidupan umat Kristen tidak lepas dair pergumulan. Nasionalisme Jepang yang semakin kuat berkaitan dengan upacara agama Syinto menyebabkan orang Kristen menjadi bingung mancari jalan menyatakan kesetiaannya kepada tanah air Jepang, tanpa membahayakan iman Kristen sejati.
Kekristenan Di Thiland Dan Burma/Myanmar
Baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar agama Buddha berkaitan erat sekali dengan kepribadian suku bangsa utama. Baik di Thailand maupun di Burma, kekristenan paling berhasil berkembang diantara suku-suku minoritas, terutama di daerah pegunungan. Akibatnya, di Burma perjuangan politik suku-suku minoritas dan permusuhan antara suku sering melibatakan soal agama.
Gereja di Thailand mengembangkan kepemimpian penduduk asli. Gereja mengalami perkembangan pesat pada tahun 1960-an dan 1970-an, terdorong oleh kerjasama antara gereja dan kampanye pekabaran Injil bersatu. Kebijakan pemerintah Burma yang suka mengasingkan negerinya dari dunia mendorong gereja untuk berdiri sendiri dan mengabarkan Injil secara agresif. Kekristenan berkembang diantara suku-suku pegunungan di mana gereja mengalami pembaharuan rohani serta gerakan kharismatik. Baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar terjadi polarisasi antara kaum evangelikal dan kaum oikumenis mengenai misi gereja dan peranan gereja terhadap masyarakat beragama Buddha.
Kekristenan Di Malaysia Dan Singapura
Pendudukan Jepang pada masa perang Dunia II mendorong baik perkembangan kepemimpinan asli maupun oikumene. Sesuai perang, dibuka sekolah-sekolah teologi dan didirikan Dewan Kristen Malaysia. Ancaman Komunis pada masa keadaan darurat mengakibatkan pemerintahan penjajah Inggris mendukung pekabaran Injil di Perkampungan Baru, dengan hasil banyak gereja Cina didirikan. Kejadian yang paling menentukan pada masa kini adalah pembagian Malaya/Singapura menjadi dua negara, Malaysia dan Singapura, dengan kebijakannya masing-masing. Di Malaysia Islam, yang merupakan agama negara, semakin bersikap agresif. Umat kristen menjawab ketegangan dengan mengembangkan kemandirian supaya bebas dari pengaruh Barat, dengan gerakan oikumene dan dengan gerakan pertumbuhan gereja serta pembaharuan rohani.
Singapura dinyatakan negara sekuler berdasarkan kebebasan beragama, sehingga lebih terbuka, dengan akibat gereja bertumbuh pesat. Di Singapura orang Kristen kebanyakan dari golongan muda berpendidikan tinggi. Baik di Singapura maupun di Malaysia gerekan Kharismatik berkembang dikalangan orang berpendidikan. Baik di Singapura maupun di Malaysia Barat golongan masyarakat berpendidikan, terutama orang Cina, paling terbuka terhadap Injil. Di malaysia Timur suku-suku aslilah yang paling terbuka. Orang Melayu hampir belum tersentuh kekristenan, malah di Malaysia orang Melayu tidak boleh beralih agama menjadi Kristen.
Kekristenan Di Filipina
Sejarah gereja Filipina harus dipahami dalam konteks pengaruh kuat Amerika, masalah-masalah ekonomi yang semakin meningkat, masa diktator militer tahun 1972-86 dan pemberontakan kaum Maois serta kaum Islam. Filipina merupakan negera Katolik. Kebanyakan pennduduknya beragama Katolik, maka gereja Katolik Roma berpengaruh dilapangan politik. Pada masa pemerintahan Marcos jumlah orang Katolik yang melawan pemerintah semakin meningkat. Pada tahun 1986 peranan Kardinal Sin menentukan jatuhnya Marcos dan pemilihan Corazon Aquino sebagai Presiden.
Umat Protestan terbagi atas empat kelompok: golongan oikumene (DGNF), golongan evangelikal (DKF), golongan fundamentalis serta golongan Khrismatik/Pentakosta. Kaum oikumene lebih aktif mengeluarkan pendapat mengenai isu-isu politik. Gereja-gereja Protestan bertumbuh pesat sejak tahun 1970-an, dengan pekabaran Injil secara agresif yang bertumpu pada gereja lokal. Kaum oikumenis dan evangelikal bekerjasama dalam program penginjilan DAWN. Semangat nasionalisme mewarnai baik gereja Katoliuk maupun gereja Protestan dan menarik banyak orang masuk gereja Filipin mandiri ataupun sekta Iglesia ni Cristo.
Misi Protestan Dan Perkembangan Gereja Di India
Misi Protestan masuk India bersama dengan negara Inggris, sehingga tidak terlepas dari corak imperialisme, meskipun pemerintah Inggris bersikap netral terhadap agama. William Carey menetapkan asas-asas misi yang menjadi dasar bagi misi Protestan: penerjemahan Alkitab, penelitian mendalam kebudayaan setempat, penginjilan luas dan pembangunan gereja asli mandiri. Hendri Martyn memberi sumbangan penerjemahan Alkitraab dengan mutu ilmiah yang tinggi.
Para pekabar Injil bersilisih pendapat mengenai soal kasta. Alexander Duff mendirikan sekolah-sekolah untuk orang India berkasta tinggi dengan sebagian menjadi Kristen atau terpengaruh oleh pemikiran Kristen. Namun pertumbuhan gereja yang utama terjadi dalam lingkungan kasta rendah. Orang Kristen berkebangsaan India mempunyai peranan yang menentukan dalam gerekan pertobatan massal; sedangkan para pekabar Injil dari Barat agak lambat menyambut gelombang orang beralih agama masuk Kristen.
Pada abad ke-20 pendidikan teologi ditingkatkan. Muncullah beberapa tokoh Kristen yang mengekspresikan spritualitas Kristiani dalam bentuk kehidupan khas India, misalnya Sundar Singh, atau dalam bentuk teologi yang diarahkan pada konsep-konsep pemikiran Hindu.
Kesimpulan
Sejarah Gereja Asia mendapat perhatian yang semakin meningkat, bukan saja dari pakar misiologi Barat, melainkan juga dari seluruh gereja, terutama dari orang Kristen Asia sendiri.
Tanggapan: buku ini sangat baik kepada mahasiswa sekolah tinggi teologi sebagai bahan studi untuk mata kuliah Sejarah Gereja Asia. Dan tidak tertutup juga bagi siapa yang berminat untuk memperdalam pengetahuannya tentang sejarah perkembangan kekristenan di Asia.