SEJARAH GEREJA DI INDONESIA SEJAK
TAHUN 1930 – KINI
TUGAS PAPER
Guna Untuk Memenuhi Syarat
Kelulusan
Mata Kuliah Sejarah Gereja
Indonesia
Oleh:
Benalia Hulu
Nim: 10-555
SEKOLAH
TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH
JAKARTA
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berhubungan dengan sejarah, ada beberapa
hal yang perlu diketahui dan tidak dapat dipisahkan, yaitu sejarah gereja Umum,
sejarah gereja Asia dan sejarah gereja Indonesia. Dari ketiga bagian ini, yang
pertama sering dialami oleh para mahasiswa sebagai yang peling sulit, bahkan
minat untuk mempelajarinya sangat kurang. Alasannya adalah karena mata
pelajaran ini bila dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari, kurang mengena atau
kurang berhubungan secara langsung.
Tetapi pada hakekatnya, bahwa sejarah
gereja haruslah dipelajari oleh para mahasiswa. Karena sangat penting untuk
menmgetahui sejarah yang sudah pernah terjadi sebelum gereja-gereja sekarang
ada. Tujuannya untuk mempelajari adalah
agar para mahasiswa dapat mengingat kejadian-kejadian apa yang terjadi pada
zaman nenek moyang dahulu kala dalam perjuangan mereka untuk pemberitaan Injil
itu terhadap seluruh Dunia, khususnya di Indonesia.
A.
Pengertian
sejarah Gereja Indonesia
Arti
kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah, yaitu: pertama Sejarah
adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
(kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau); kedua Sejarah adalah
pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang
benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah yaitu Ilmu Sejarah/pengetahuan atau uraian mengenai
fakta tersebut).[1]
Kata
gereja melalui kata Portugis igreja,
berasal dari kata Yunani ekklesia.
Selain itu dalam bahasa Yunani ada satu kata lain yang gereja, yaitu kuriakon (rumah) Tuhan. Inggris cruch dan Belanda krek berasal ari kata Yunani itu. Ekklesia berarti: mereka yang dipanggil. Yang pertama
dipanggil oleh Kristus ialah para murid, Petrus dan yang lain. Sesudah kenaikan
Tuhan Yesus ke sorga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid
itu menjadi “rasul”, artinya: mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam
dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah gereja Kristen.[2]
Sejarah
Gereja Indonesia adalah kisah tentang aktifitas misionaris (misi) dan respon
orang-orang di Nusantara terhadap
panggilan Yesus Kristus melalui pemberitaan Injil oleh para misionaris (Nestorian di
Barus, Gereja Katolik dari Eropa, zending dari Belanda, dan Negara-negara
lain), yang bermisi ke Nusantara pada abad ke 7 – 19.
B.
Sejarah
gereja Indonesia sejak 1930 – kini
1. Gereja-gereja
Indonesia pada masa Jepang (1942-1945)
Gereja Kristen pertama kali dibawa
Jepang mulai tahun 1549, dengan hasil besar. Tetapi antara tahun 1614-1636
berlangsung penghambatan yang hampir melenyapkan agama Kristen dari bumi
Jepang. Negara itu menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh dari luar dan
melarang para penyebar agama Kristen masuk. Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika
memaksa Jepang meniadakan larangan masuk bagi orang asing. Peristiwa itu
kembali membuka pintu bagi para pekabar penginjil.
Keadaan gereja-gereja di Indonesia pada
permulaan masa Jepang, dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Pada
umumnya orang Belanda yang menempati kedudukan penting sebagai badan-badan
pemimpin pusat, baik dalam perguruan tinggi teologi maupun dalam gereja.
b. Pelayan-pelayan
di Indonesia sudah mulai ada ketua sinode. Bahkan di beberapa daerah mereka
menjabat pendeta resort (kedudukannya sama dengan kedudukan seorang
zendeling/pendeta bangsa Belanda).
c. Di
bidang keuangan, gereja-gereja pada umumnya belum berdiri sendiri. Artinya
adalah bahwa gereja tersebut di subsidi oleh pihak zending (gaji para zendeling
dan para guru injili), dan dari pihak pemerintah (gaji guru-guru sekolah, gaji
seluruh tenaga GPI). keuangan gereja (zending), hal ini diurus oleh seorang
Eropa.
d. Gereja
harus menghadapi sendiri kejadian-kejadian yang menimpanya dan harus menentukan
sendiri kebijakan terhadap tindakan dan tuntutan orang Jepang.
e. Sikap
orang Kristen terhadap para pemimpin gereja bangsa Belanda berbeda-beda. Di
beberapa gereja para zendeling masih dipandang selaku bapak maha tahu dan
pelindung yang maha kuat (khususnya yang sudah agak berumur atau yang tinggal
di pedesaan).
Sebelum Jepang masuk, orang Eropa,
termasuk pelayan para gereja dan zending, menduga mereka akan dibiarkan akan
meneruskan pekerjaannya. Sedangkan Jepang bermaksud untuk melenyapkan pengaruh
Barat dari masyarakat Indonesia.
Selain itu, mereka mengambil beberapa
tindakan yang secara langsung/tidak langsung menyangkut kehidupan intern
gereja. Yang berpengaruh secara langsung ialah keputusan Jepang supaya semua
sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan kepada
pemerintah (1April 1943). Hal itu menunjukkan bahwa sekolah-sekolah itu tidak
dapat diberikan pengajaran agama. Mata pelajaran itu diganti dengan pengajaran
“semangat Jepang”. Di samping itu juga dilarang untuk mengadakan ibadah di
gedung sekolah.
Pada permulaan masa Jepang, sebagian
besar orang Kristen Indonesia sudah mengalami kehidupan sebagai gereja mandiri,
namun peranan orang Eropa dalam gereja-gereja itu masih besar sekali. Pada masa
perang, tindakan orang Jepang menghadapkan orang Kristen pada tantangan yang
hebat di bidang kerohanian, kepemimpinan, dan keuangan. Di tengah kemelut itu
muncul beberapa tokoh pemimpin yang memahami serta menjawab tantangan itu. Kebanyakan penghantar jemaat dan orang
Kristen lainnya yang meninggal dunia akibat perbuatan oknum-oknum yang memusuhi
agama Kristen. Lebih besar lagi jumlah orang Kristen dan tenaga zending yang
meninggal akibat tindakan Jepang. Selama masa Jepang, organisasi gereja tidak
dapat berjalan dengan lancar, tetapi kehidupan jemaat berlangsung terus dan
kesadaran jemaat bertambah besar.[3]
2. Gereja
masa Kemerdekaan RI (1945-1950)
Pada waktu
Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Maret 1945 maka berakhirlah
penindasan dan penjajahan Jepang atas Indonesia. Bersmaan dengan itu usaha dan
semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dan
tanah air sudah mencapai taraf kematangannya, yang berpuncak dengan Proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun datangnya tentara Sekutu yang
menggantikan Jepang, kemudian disusul dengan kembalinya Belanda untuk menjajah
lagi bangsa Indonesia, telah mengakibatkan bentrok fisik yang berkembang
menjadi Perang Kemerdekaan.
Dalam masa
pendudukan Jepang gereja-gereja di Indonesia yang telah cukup matang
dipersiapkan di masa pendudukan Jepang sepenuhnya sadar bahwa perjuangan untuk
memperoleh kemerdekaan bangsa itu adalah tanggung jawab dan tugas seluruh
rakyat Indonesia. sehingga orang Kristen sebagai bagian integral dari bangsa
ini sepenuhnya ikut pula bertanggung jawab. Sejak semula, ketika
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, orang Kristen sepenuhnya sudah
terlibat dalam perjuangan rakyat.[4]
3. Gereja yang bertumbuh/tinggal landas
( 1950-kini)
Alasan
perhitungan pertumbuhan Gereja Indonesia oleh para ahli sejarah Gereja dimulai sejak
tahun 1950, karena sejak tahun itu terjadilah beberapa hal berikut ini yang
nanti menjadi ukuran pertumbuhan tersebut. Peristiwa-peristiwa itu, seperti:
1. Pembentukan Dewan gereja-gereja di
Indonesia. Dewan gereja-gereja di Indonesia didirikan pada tanggal 25 Mei 1950,
bertepatan dengan perayaan Hari Raya Pentakosta. Anggota DGI pada waktu itu
berjumlah 29 denominasi, dan dalam perkembangan selanjutnya gereja-gereja
aliran Pentakosta pun menjadi anggota DGI atau sekarang PGI.
2. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
Indonesia. Ada peristiwa yang berdampak pada pertambahan anggota gereja tetapi
ada juga peristiwa-peristiwa yang berdampak pada berkurangnya anggota gereja.
Selain itu
pertumbuhan Gereja sejak Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan masa kini juga
harus dilihat dari perjumpaan gereja Indonesia dengan pergumulan politik, dalam
pergerakan oikumenikal, dan sikap gereja di tengah masyarakat yang menganut
agama lain. Ini penting disinggung karena gereja Indonesia yang bertumbuh
adalah Gereja Indonesia yang akan berinteraksi dengan banyak pergumulan di
Indonesia.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas adalah dapat disimpulkan bahwa
perkembangan gereja di Indonesia sangat membaik, walaupun sebelumnya banyak
mengalami kesulitan yang dilalui di masa yang lalu. Tetapi pada zaman sekarang
ini, dapat dilihat dari kenyataannya, bahwa gereja-gereja sudah berdiri sendiri
dan berkembang dimana-mana, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Sumber: