Kamis, 14 November 2013

TUGAS PAPER SEJARAH GEREJA INDONESIA




SEJARAH GEREJA DI INDONESIA SEJAK TAHUN 1930 – KINI

TUGAS PAPER
Guna Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan
Mata Kuliah Sejarah Gereja Indonesia






Oleh:
Benalia Hulu
Nim: 10-555



SEKOLAH TINGGI TEOLOGI IKSM SANTOSA ASIH
JAKARTA
2013

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berhubungan dengan sejarah, ada beberapa hal yang perlu diketahui dan tidak dapat dipisahkan, yaitu sejarah gereja Umum, sejarah gereja Asia dan sejarah gereja Indonesia. Dari ketiga bagian ini, yang pertama sering dialami oleh para mahasiswa sebagai yang peling sulit, bahkan minat untuk mempelajarinya sangat kurang. Alasannya adalah karena mata pelajaran ini bila dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari, kurang mengena atau kurang berhubungan secara langsung.
Tetapi pada hakekatnya, bahwa sejarah gereja haruslah dipelajari oleh para mahasiswa. Karena sangat penting untuk menmgetahui sejarah yang sudah pernah terjadi sebelum gereja-gereja sekarang ada.  Tujuannya untuk mempelajari adalah agar para mahasiswa dapat mengingat kejadian-kejadian apa yang terjadi pada zaman nenek moyang dahulu kala dalam perjuangan mereka untuk pemberitaan Injil itu terhadap seluruh Dunia, khususnya di Indonesia.
A.    Pengertian sejarah Gereja Indonesia
Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah, yaitu: pertama Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau); kedua Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah yaitu Ilmu Sejarah/pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).[1]
Kata gereja melalui kata Portugis igreja, berasal dari kata Yunani ekklesia. Selain itu dalam bahasa Yunani ada satu kata lain yang gereja, yaitu kuriakon (rumah) Tuhan. Inggris cruch dan Belanda krek berasal ari kata Yunani itu. Ekklesia berarti: mereka yang dipanggil. Yang pertama dipanggil oleh Kristus ialah para murid, Petrus dan yang lain. Sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya: mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah gereja Kristen.[2]
Sejarah Gereja Indonesia adalah kisah tentang aktifitas misionaris (misi) dan respon orang-orang di Nusantara  terhadap panggilan Yesus Kristus melalui pemberitaan Injil oleh para misionaris (Nestorian di Barus, Gereja Katolik dari Eropa, zending dari Belanda, dan Negara-negara lain), yang bermisi ke Nusantara pada abad ke 7 – 19.

B.     Sejarah gereja Indonesia sejak 1930 – kini
1.      Gereja-gereja Indonesia pada masa Jepang (1942-1945)
Gereja Kristen pertama kali dibawa Jepang mulai tahun 1549, dengan hasil besar. Tetapi antara tahun 1614-1636 berlangsung penghambatan yang hampir melenyapkan agama Kristen dari bumi Jepang. Negara itu menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh dari luar dan melarang para penyebar agama Kristen masuk. Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika memaksa Jepang meniadakan larangan masuk bagi orang asing. Peristiwa itu kembali membuka pintu bagi para pekabar penginjil.
Keadaan gereja-gereja di Indonesia pada permulaan masa Jepang, dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Pada umumnya orang Belanda yang menempati kedudukan penting sebagai badan-badan pemimpin pusat, baik dalam perguruan tinggi teologi maupun dalam gereja.
b.      Pelayan-pelayan di Indonesia sudah mulai ada ketua sinode. Bahkan di beberapa daerah mereka menjabat pendeta resort (kedudukannya sama dengan kedudukan seorang zendeling/pendeta bangsa Belanda).
c.       Di bidang keuangan, gereja-gereja pada umumnya belum berdiri sendiri. Artinya adalah bahwa gereja tersebut di subsidi oleh pihak zending (gaji para zendeling dan para guru injili), dan dari pihak pemerintah (gaji guru-guru sekolah, gaji seluruh tenaga GPI). keuangan gereja (zending), hal ini diurus oleh seorang Eropa.
d.      Gereja harus menghadapi sendiri kejadian-kejadian yang menimpanya dan harus menentukan sendiri kebijakan terhadap tindakan dan tuntutan orang Jepang.
e.       Sikap orang Kristen terhadap para pemimpin gereja bangsa Belanda berbeda-beda. Di beberapa gereja para zendeling masih dipandang selaku bapak maha tahu dan pelindung yang maha kuat (khususnya yang sudah agak berumur atau yang tinggal di pedesaan).
Sebelum Jepang masuk, orang Eropa, termasuk pelayan para gereja dan zending, menduga mereka akan dibiarkan akan meneruskan pekerjaannya. Sedangkan Jepang bermaksud untuk melenyapkan pengaruh Barat dari masyarakat Indonesia.
Selain itu, mereka mengambil beberapa tindakan yang secara langsung/tidak langsung menyangkut kehidupan intern gereja. Yang berpengaruh secara langsung ialah keputusan Jepang supaya semua sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan kepada pemerintah (1April 1943). Hal itu menunjukkan bahwa sekolah-sekolah itu tidak dapat diberikan pengajaran agama. Mata pelajaran itu diganti dengan pengajaran “semangat Jepang”. Di samping itu juga dilarang untuk mengadakan ibadah di gedung sekolah.
Pada permulaan masa Jepang, sebagian besar orang Kristen Indonesia sudah mengalami kehidupan sebagai gereja mandiri, namun peranan orang Eropa dalam gereja-gereja itu masih besar sekali. Pada masa perang, tindakan orang Jepang menghadapkan orang Kristen pada tantangan yang hebat di bidang kerohanian, kepemimpinan, dan keuangan. Di tengah kemelut itu muncul beberapa tokoh pemimpin yang memahami serta menjawab tantangan itu.  Kebanyakan penghantar jemaat dan orang Kristen lainnya yang meninggal dunia akibat perbuatan oknum-oknum yang memusuhi agama Kristen. Lebih besar lagi jumlah orang Kristen dan tenaga zending yang meninggal akibat tindakan Jepang. Selama masa Jepang, organisasi gereja tidak dapat berjalan dengan lancar, tetapi kehidupan jemaat berlangsung terus dan kesadaran jemaat bertambah besar.[3]
2.      Gereja masa Kemerdekaan RI (1945-1950)
Pada waktu Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Maret 1945 maka berakhirlah penindasan dan penjajahan Jepang atas Indonesia. Bersmaan dengan itu usaha dan semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dan tanah air sudah mencapai taraf kematangannya, yang berpuncak dengan Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun datangnya tentara Sekutu yang menggantikan Jepang, kemudian disusul dengan kembalinya Belanda untuk menjajah lagi bangsa Indonesia, telah mengakibatkan bentrok fisik yang berkembang menjadi Perang Kemerdekaan.
Dalam masa pendudukan Jepang gereja-gereja di Indonesia yang telah cukup matang dipersiapkan di masa pendudukan Jepang sepenuhnya sadar bahwa perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan bangsa itu adalah tanggung jawab dan tugas seluruh rakyat Indonesia. sehingga orang Kristen sebagai bagian integral dari bangsa ini  sepenuhnya ikut pula bertanggung jawab. Sejak semula, ketika diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, orang Kristen sepenuhnya sudah terlibat dalam perjuangan rakyat.[4]

3.      Gereja yang bertumbuh/tinggal landas ( 1950-kini)

Alasan perhitungan pertumbuhan Gereja Indonesia oleh para ahli sejarah Gereja dimulai sejak tahun 1950, karena sejak tahun itu terjadilah beberapa hal berikut ini yang nanti menjadi ukuran pertumbuhan tersebut. Peristiwa-peristiwa itu, seperti:
1.      Pembentukan Dewan gereja-gereja di Indonesia. Dewan gereja-gereja di Indonesia didirikan pada tanggal 25 Mei 1950, bertepatan dengan perayaan Hari Raya Pentakosta. Anggota DGI pada waktu itu berjumlah 29 denominasi, dan dalam perkembangan selanjutnya gereja-gereja aliran Pentakosta pun menjadi anggota DGI atau sekarang PGI.
2.      Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia. Ada peristiwa yang berdampak pada pertambahan anggota gereja tetapi ada juga peristiwa-peristiwa yang berdampak pada berkurangnya anggota gereja.
Selain itu pertumbuhan Gereja sejak Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan masa kini juga harus dilihat dari perjumpaan gereja Indonesia dengan pergumulan politik, dalam pergerakan oikumenikal, dan sikap gereja di tengah masyarakat yang menganut agama lain. Ini penting disinggung karena gereja Indonesia yang bertumbuh adalah Gereja Indonesia yang akan berinteraksi dengan banyak pergumulan di Indonesia.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas adalah dapat disimpulkan bahwa perkembangan gereja di Indonesia sangat membaik, walaupun sebelumnya banyak mengalami kesulitan yang dilalui di masa yang lalu. Tetapi pada zaman sekarang ini, dapat dilihat dari kenyataannya, bahwa gereja-gereja sudah berdiri sendiri dan berkembang dimana-mana, baik di perkotaan maupun di perdesaan.


Sumber:

[1] W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, 1976)
[2] Dr. Th. Van den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2001) hal 1-2.
[3] Dr. Th. Van den End, Ragi Carita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999) hal 354.
[4] http://blog-sejarah gerejaindonesia.blogspot.com