Kamis, 09 Februari 2012

Perbedaan Jenis Kelamin Menurut Pandangan Mitos-mitos & Alkitab

 
LAPORAN BACA & PRESENTASI
Nama               : Benalia Hulu
Semester          : IV (empat)
Mata Kuliah    : Etika Kristen II
Dosen              : Ribca Prajitno, M.Th.
Buku               : Etika Kristen Seksuil.
Pengarang       : Dr. J. Verkuyl
Bab I Perbedaan Jenis Kelamin Di Dalam Kehidupan Manusia
1.      Pandangan mitos-mitos para bangsa tentang perbedaan jenis kelamin
Di dalam segala agama dan kebudayaan orang telah memikirkan tentang perbedaan jenis kelamin di dalam kehidupan manusia. Perbedaan itu telah dipikirkan sejak manusia pertama menjejakkan kakinya di atas bumi. Di manapun di dunia ini orang sadar, bahwa ada persamaan antara pria dan wanita, tetapi ada juga perbedaannya. Di dalam agama suku terdapat mitos-mitos yang tidak terhitung banyaknya, yang menerangkan bahwa persamaan dan perbedaan itu disebabkan oleh struktur alam semesta. Banyak mitos menerangkan kepriaan sebagai unsur yang termasuk alam atas, yakni langit, dan kewanitaan sebagai unsur yang termasuk alam bawah, yang ‘chtonis’, bumi. Di dalam perbedaan jenis kelamin itu tampak pencerminan perkawinan kosmis antara langit dan bumi. Demikianlah menurut mitos-mitos itu.
Di Indonesia banyak terdapat mitos-mitos serupa itu, seperti di Kalimantan, Sulawesi, Kaisar, Nusa Tenggara. Sebuah uraian kesusastraan tentang mitos-mitos itu kita jumpai dalam perpustakaan Jawa Kuno, teristimewa di dalam kitab ‘Arjuna Wiwaha’ dan ‘Smaradahana’, yang telah diselidiki oleh Prof. Dr. Poerbatjaraka. Di dalam kitab-kitab itu kita jumpai pengaruh cerita-cerita tantra Hindu. Di dalam mitos-mitos itu diceritakan tentang pernikahan siwa dan sakti, isterinya sebagai pernikahan kosmis langit dan bumi. Berbaurlah mereka itu untuk menciptkan ‘Windu’, yakni titik atau tetesan yang menjadi ‘benih dunia’. Bilamana Siwa dan Sakti berpeluk-pelukan, maka terciptalah suatu dewa baru. Setengah pria, setengah wanita, yang dinamai Ardhanari.
Di Tiongkok kita jumpai pula pikiran serupa itu di dalam renungan-renungan tentang Yang dan Yin. Di Jepang terdapat mitos-mitos tentang Izanagi dan izanami. Ada juga mitos-mitos yang membayangkan sebagai berikut: mula-mula lelaki dan perempuan itu satu, kemudian dipisahkan dengan paksa oleh para dewa, sehingga terjadilah unsur lelaki dan unsur perempuan, kepriaan dan kewanitaan. Orang Babel misalnya menggambarkan Istar sebagai suatu makhluk yang mempunyai dua jenis kelamin. Menurut mereka, pada pagi hari Istar muncul sebagai binatang pagi (lelaki, dewa langit) dan pada sore hari sebagai binatang sore (perempuan, dewa bumi).
Dalam salah satu karangan Plato, berjudul ‘Symposion’, Aristophanes menceritakan tentang mitos-mitos Yunani mengenai terjadinya perbedaan jenis kelamin. Mula-mula, demikianlah Aristophanes bercerita; Zeus menciptakan makhluk-makhluk yang mempunyai kedua jenis kelamin itu. Tiap-tiap makhluk mempunyai kedua sifat itu, yakni sifat lelaki dan sifat perempuan. Dua mukanya, empat telinganya, empat tangannya, dua jenis kelaminnya. Tetapi Zeus berpendapat, bahwa makhluk-makhluk itu terlampau kuat. Merekapun dapat mengancam para dewa, maka dibelahnyalah makhluk-makhluk itu, sehingga masing-masing makhluk belahan itu menjadi makhluk yang berkelamin satu. Manusia-manusia yang terjadi demikian itu ingin bersatu lagi. Kemudian timbullah dalam tubuh mereka nafsu bersatu tubuh (bersetubuh), nafsu erotis atau nafsu cinta-berahi.
2.      Keterangan Alkitab tentang perbedaan jenis kelamin
Dalam kitab kejadian 1 dan 2, Alkitab memberi keterangan tentang perbedaan jenis kelamin itu.Cerita-cerita yang tertulis di situ disebut cerita-cerita ‘aetiologis’, artinya: cerita-cerita memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul di dalam hati manusia tentang terjadinya dunia dan manusia. Dengan cara yang amat dalam dan mengagumkan ditelaah dan diuraikanlah di dalam kitab Kejadian 1 dan 2 rahasia persamaan dan perbedaan jenis kelamin. Dalam Kejadian 1 diceritakan tentang penciptaan manusia lelaki dan perempuan sebagai suatu keutuhan. Dalam Kejadian 2 perbuatan-perbuatan Tuhan itu diuraikan lagi menurut urutannya. Dalam Kejadian 1 ada tertulis sebagai berikut: Maka Allah berfirman ‘Baiklah Allah menciptakan manusia itu menurut gambar dan rupa kita’ (ay 26a). ‘Maka Allah menciptakan manusia  itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka’ (ay 27). Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya, artinya sedemikian rupa, hingga makhluk-makhluk itu dapat bergaul dengan Dia. Tuhan akan bercakap-cakap dengan mereka, seperti seorang bapa bercakap-cakap dengan anaknya. Mereka akan mengikat dengan mereka suatu perjanjian dan merekapun akan menjawab firman-Nya.
Diantara Tuhan dan manusia akan selalu terdapat percakapan yang kekal. Firman dan jawab. Jawab dan firman. Allah akan menjadi Allah untuk manusia dan manusia akan dipanggil menjadi manusia untuk Allah, sehingga Allah dan manusia hidup bersama-sama di dalam suatu perjanjian kasih setia yang kekal. Dan Tuhan kehendaki juga supaya manusia bergaul diantara sama sendiri.
Tuhan sendiri selalu ada di dalam keadaan bersama-sama; Pada-Nya selalu ada kerja sama, selalu ada ‘Aku untuk engkau’ dan engkau untuk Aku’, selalu ada percakapan yang kekal. Tuhan menghendaki supaya kerja sama dan hidup untuk sesama itu janganlah hanya terdapat di antara manusia dan manusia. Maka diciptakan-Nyalah manusia sebagai manusia yang berbeda-beda jenis kelaminnya, sebagai pria dan wanita.
Kedua manusia itu diciptakan menurut ‘gambar’ dan ‘rupa’ Allah.mereka berdua adalah manusia. Tetapi manusia yang satu mempunyai eksistensi sebagai lelaki dan manusia yang lain mempunyai eksistensi sebagai perempuan. Tuhan Allah yang tritunggal. Ia tidak ‘kesepian’ maka Iapun menghendaki supaya manusia merupakan dwi-tunggal, supaya manusia jangan kesepian. Kedua jenis kelamin itu haruslah ada di dalam keadaan bersama-sama, kerja sama, hidup bersama-sama sebagai ‘aku untukmu’ dan engkau untukku’.
Ringkasan dari cerita-cerita dan ucapan-ucapan Alkitab tentang perbedaan jenis kelamin itu sebagai berikut:
·         Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa-Nya. Rahasia laki-laki dan perempuan ialah bahwa Tuhan telah menentukan tujuan mereka berdua, yakni supaya mereka hidup di dalam persekutuan dengan Dia. Oleh karena dosa, laki-laki dan perempuan kehilangan tujuan itu, tetapi Yesus Kristus mau membawa manusia kembali kepada tujuannya.
·         Tuhan menciptakan manusia dengan mengadakan perbedaan dalam jenis kelaminnya, a-simetris supaya kedua jenis kelamin itu saling melengkapi dan saling melayani, bantu-membantu, tolong-menolong. Maksud Tuhan yang demikian itu bukanlah untuk pernikahan semata-mata, tetapi untuk segala lapangan hidup. Di segala lapangan hidup, berlaku firman Tuhan yang berbunyi ‘bahwa Ia menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan’.

3.      Isi, makna dan arti perbedaan jenis kelamin itu
Di manakah sebenarnya letak perbedaan antara laki-laki dan perempuan? Suatu soal yang sulit. Apabila kita meneliti kedudukan laki-laki dan perempuan dalam berbagai pergaulan hidup, maka tampaklah, bahwa keadaan sosial dan ekonomi mempunyai pengaruh yang besar atas type laki-laki dan perempuan. Ada berbagai lapangan hidup, di mana perempuan melakukan pekerjaan yang lebih berat dan lelaki melakukan pekerjaan yang lebih ringan menurut persekutuan adat semenda (aturan matrilineal, yakni tata-kekeluargaan yang memntingkan garis turunan ibu). Type manusia di dalam masyarakat, yang lelaki ataupun perempuannya memegang jabatan intelektuil, adalah tidak lain daripada type manusia bahwa perempuannya hanya bekerja di dapur atau di rumah tangga saja.
Simone de Beauvoir dan Margaret Mead, beranggapan bahwa di antara laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak ada perbedaan yang disebut perbedaan ‘genotypis’ (yakni perbedaan type yang terjadi oleh pembawaan keturunan) dan semua perbedaan yang tidak hayati (biologis) adalah ‘phaenotypis’ (yakni perbedaan yang tampak di luar saja) maksudnya ialah bahwa perbedaan-perbedaan itu tidak terletak pada asalnya, pada struktur lelaki atau perempuan (genotypis), tetapi hanya pada keadaan sosial (phaenotypis). Tetapi anggapan itu tidak dapat pertahankan. Sebab di dalam Alkitab, yakni kitab Kejadian, sama sekali tidak dibicarakan tentang perbedaan genotypis di antara manusia.
Untuk mendekati pengertian-pengertian itu dengan keterangan dari Alkitab dan kenyataan manusia. Baiklah kita mulai dari hal yang mudah. Perbedaan hayati (biologis) dapat dikonstatir oleh setiap orang.Perbedaan perawakan atau sosok tubuh dan alat-alat kelamin. Pada lelaki urat-uratnyalah lebih sempurna; pada perempuan jaringan lemaknya. Pada pria susunan saraf vegetative lebih stabil daripada wanita. ‘Prof. Buytendijk’. Selanjutnya tampak perbedaan dalam bentuk badan, misalnya sosok tubuh, raut muka, pendengaran telinga, tilik mata dan lain-lain.
Di kitab Kejadian, di situ tertulis bahwa Adam menerima tugas memberi nama kepada segala makhluk, artinya, ia harus menyelidiki struktur makna dan tempat segala makhluk itu di dalam kosmos. Sebab Tuhan juga memberikan nama kepadanya sendiri, yaitu Adam, manusia (Adam, homo), yang diambil dari tanah (adanya, humus) dan yang bertugas mengolah, mengusahakan, menguasai bumi ‘Kejadian 1:28 dan 2:7’. Jadi dapatlah kita katakan bahwa type khas laki-laki adalah pekerja, organisator yang mengolah bahan-bahan di bumi ini untuk tujuan merawat, memupuk dan memeliharanya. Dalam Kejadian 3:20 perempuan itu diberi nama Hawa, artinya ibu segala yang hidup. Terbuktilah bahwa perempuan membuktikan diri kepada umat manusia digambarkan dalam keibuannya. Type khas perempuan ialah ibu. Type yang dimaksudkan ialah type umum keadaan manusia sebagai wanita. Walaupun belum menjadi ibu, namun pada wanita sejati terdapat keibuan. Sifat-sifat yang ada pada ibu adalah tidak terlayang jauh kedepan, pandanganya terarah kepada benda-benda yang dekat di sekelilingnya. Ia mengasuh, merawat, memelihara, melindungi. memerlukan nilai-nilai pada manusia dan benda-benda di sekelilingnya. Ia menanggung dan bertahan, ia mengorbankan dirinya, ia tidak menjauhkan diri dari benda-benda dan manusia. Selalu ia ada di dekatnya, ikut merasakannya, ikut menghayatinya, sibuk merwatnya. Dengan demikian laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi.
Kesimpulan
Tuhan yang menciptakan dan memperbaharui kehidupan manusia, telah menciptakan kita sebagai laki-laki dan perempuan. Tuhan hendak mengajar kita mengamini keadaan kita sebagai laki-laki dan keadaan kita sebagai perempuan. Apabila kita mau menerima keadaan kita sebagai lelaki dan perempuan dengan penuh syukur, maka dapatlah menuju kepada tujuan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Tanggapan
            Buku ini sangat bagus untuk dipelajari. Sebab bagian bab yang saya bahas ini berkaitan mengenai pandangan mitos-mitos terhadap perbedaan jenis kelamin, dan pandangan Alkitab. Jadi, saya sebagai mahasiswa teologi dapat menjelaskan hal ini di mana akan melayani, dengan memakai metode penjelasan tentang pandangan Alkitab. Supaya mereka tidak salah mengartikan antara kedudukan lelaki dan perempuan. Sebab diatas telah dijelaskan bahwa lelaki dan perempuan itu saling melengkapi dan tujuan Tuhan yang utama bagi umat-Nya supaya sama-sama melakukan persekutuan yang baik dan benar di mata-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar