LAPORAN
BACA & PRESENTASI
Nama : Benalia Hulu
Semester : IV (empat)
Mata Kuliah : Etika Kristen II
Dosen : Ribca Prajitno, M.Th.
Buku : Etika Kristen Seksuil.
Pengarang : Dr. J. Verkuyl
Bab
I Perbedaan Jenis Kelamin Di Dalam Kehidupan Manusia
1. Pandangan
mitos-mitos para bangsa tentang perbedaan jenis kelamin
Di dalam segala agama dan kebudayaan orang telah
memikirkan tentang perbedaan jenis kelamin di dalam kehidupan manusia. Perbedaan itu telah
dipikirkan sejak manusia pertama menjejakkan kakinya di atas bumi. Di manapun di dunia ini
orang sadar, bahwa ada persamaan antara pria dan wanita, tetapi ada juga
perbedaannya. Di dalam agama suku
terdapat mitos-mitos yang tidak terhitung banyaknya, yang menerangkan bahwa
persamaan dan perbedaan itu disebabkan oleh struktur alam semesta. Banyak mitos
menerangkan kepriaan sebagai unsur yang termasuk alam atas, yakni langit, dan
kewanitaan sebagai unsur yang termasuk alam bawah,
yang ‘chtonis’, bumi. Di
dalam perbedaan jenis kelamin itu tampak pencerminan perkawinan kosmis antara
langit dan bumi. Demikianlah menurut mitos-mitos itu.
Di Indonesia banyak terdapat mitos-mitos serupa itu,
seperti di Kalimantan, Sulawesi, Kaisar, Nusa Tenggara. Sebuah uraian
kesusastraan tentang mitos-mitos itu kita jumpai dalam perpustakaan Jawa Kuno,
teristimewa di dalam kitab ‘Arjuna Wiwaha’ dan ‘Smaradahana’, yang telah
diselidiki oleh Prof. Dr. Poerbatjaraka. Di dalam kitab-kitab itu kita jumpai
pengaruh cerita-cerita tantra Hindu. Di dalam mitos-mitos itu diceritakan
tentang pernikahan siwa dan sakti, isterinya sebagai pernikahan kosmis langit
dan bumi. Berbaurlah
mereka itu untuk menciptkan ‘Windu’, yakni titik atau tetesan yang menjadi
‘benih dunia’. Bilamana
Siwa dan Sakti berpeluk-pelukan, maka terciptalah suatu dewa baru. Setengah pria, setengah
wanita, yang dinamai Ardhanari.
Di Tiongkok kita jumpai pula pikiran serupa itu di
dalam renungan-renungan tentang Yang dan Yin. Di Jepang terdapat
mitos-mitos tentang Izanagi dan izanami. Ada juga mitos-mitos yang membayangkan
sebagai berikut: mula-mula lelaki dan perempuan itu satu, kemudian dipisahkan dengan paksa oleh para dewa, sehingga
terjadilah unsur lelaki dan unsur perempuan, kepriaan dan kewanitaan. Orang Babel misalnya
menggambarkan Istar sebagai suatu makhluk yang mempunyai dua jenis kelamin.
Menurut mereka, pada pagi hari Istar muncul sebagai binatang pagi (lelaki, dewa
langit) dan pada sore hari sebagai binatang sore (perempuan, dewa bumi).
Dalam salah satu karangan Plato, berjudul
‘Symposion’, Aristophanes menceritakan tentang mitos-mitos Yunani mengenai
terjadinya perbedaan jenis kelamin. Mula-mula, demikianlah Aristophanes
bercerita; Zeus menciptakan makhluk-makhluk yang mempunyai kedua jenis kelamin
itu. Tiap-tiap makhluk mempunyai kedua sifat itu, yakni sifat lelaki dan sifat
perempuan. Dua
mukanya, empat telinganya, empat tangannya, dua jenis kelaminnya. Tetapi Zeus
berpendapat, bahwa makhluk-makhluk itu terlampau kuat. Merekapun dapat
mengancam para dewa, maka dibelahnyalah makhluk-makhluk itu, sehingga
masing-masing makhluk belahan itu menjadi makhluk yang berkelamin satu. Manusia-manusia yang
terjadi demikian itu ingin bersatu lagi. Kemudian timbullah
dalam tubuh mereka nafsu bersatu tubuh (bersetubuh), nafsu erotis atau nafsu
cinta-berahi.
2. Keterangan
Alkitab tentang perbedaan jenis kelamin
Dalam kitab kejadian 1 dan 2, Alkitab memberi
keterangan tentang perbedaan jenis kelamin itu.Cerita-cerita yang tertulis di
situ disebut cerita-cerita ‘aetiologis’, artinya: cerita-cerita memberi jawab
atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul di dalam hati manusia tentang terjadinya
dunia dan manusia. Dengan cara yang amat dalam dan mengagumkan ditelaah dan
diuraikanlah di dalam kitab Kejadian 1 dan 2 rahasia persamaan dan perbedaan
jenis kelamin. Dalam Kejadian 1 diceritakan tentang penciptaan manusia lelaki
dan perempuan sebagai suatu keutuhan. Dalam Kejadian 2 perbuatan-perbuatan Tuhan
itu diuraikan lagi menurut urutannya. Dalam Kejadian 1 ada tertulis sebagai
berikut: Maka Allah berfirman ‘Baiklah Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar dan rupa kita’ (ay 26a). ‘Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka’ (ay 27). Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya,
artinya sedemikian rupa, hingga makhluk-makhluk itu dapat bergaul dengan Dia.
Tuhan akan bercakap-cakap dengan mereka, seperti seorang bapa bercakap-cakap
dengan anaknya. Mereka akan mengikat dengan mereka suatu perjanjian dan merekapun akan menjawab firman-Nya.
Diantara Tuhan dan manusia akan selalu terdapat
percakapan yang kekal. Firman dan jawab. Jawab dan firman. Allah
akan menjadi Allah untuk manusia dan manusia akan dipanggil menjadi manusia
untuk Allah, sehingga Allah dan manusia hidup bersama-sama di dalam suatu perjanjian
kasih setia yang kekal. Dan
Tuhan kehendaki juga supaya manusia bergaul diantara sama sendiri.
Tuhan sendiri selalu ada di dalam keadaan bersama-sama; Pada-Nya selalu
ada kerja sama, selalu ada ‘Aku untuk engkau’ dan engkau untuk Aku’, selalu ada
percakapan yang kekal. Tuhan menghendaki supaya kerja sama dan hidup untuk
sesama itu janganlah hanya terdapat di antara manusia dan manusia. Maka
diciptakan-Nyalah manusia sebagai manusia yang berbeda-beda jenis kelaminnya,
sebagai pria dan wanita.
Kedua manusia itu diciptakan menurut ‘gambar’ dan
‘rupa’ Allah.mereka berdua adalah manusia.
Tetapi manusia yang satu mempunyai eksistensi sebagai lelaki dan manusia yang lain mempunyai eksistensi sebagai perempuan. Tuhan Allah yang
tritunggal. Ia tidak ‘kesepian’ maka
Iapun menghendaki supaya manusia merupakan dwi-tunggal, supaya manusia jangan
kesepian. Kedua jenis kelamin itu haruslah ada di dalam keadaan bersama-sama,
kerja sama, hidup bersama-sama sebagai ‘aku untukmu’ dan engkau untukku’.
Ringkasan dari cerita-cerita
dan ucapan-ucapan Alkitab tentang perbedaan jenis kelamin itu sebagai berikut:
·
Tuhan menciptakan
laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa-Nya. Rahasia laki-laki dan
perempuan ialah bahwa Tuhan telah menentukan tujuan mereka berdua, yakni supaya
mereka hidup di dalam persekutuan dengan Dia. Oleh karena dosa, laki-laki dan
perempuan kehilangan tujuan itu, tetapi Yesus Kristus mau membawa manusia
kembali kepada tujuannya.
·
Tuhan menciptakan
manusia dengan mengadakan perbedaan dalam jenis kelaminnya, a-simetris supaya
kedua jenis kelamin itu saling melengkapi dan saling melayani, bantu-membantu,
tolong-menolong. Maksud Tuhan yang demikian itu bukanlah untuk pernikahan
semata-mata, tetapi untuk segala lapangan hidup. Di segala lapangan hidup, berlaku firman
Tuhan yang berbunyi ‘bahwa Ia menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan’.
3. Isi,
makna dan arti perbedaan jenis kelamin itu
Di manakah sebenarnya letak perbedaan antara
laki-laki dan perempuan? Suatu soal yang sulit. Apabila kita meneliti kedudukan
laki-laki dan perempuan dalam berbagai pergaulan hidup, maka tampaklah, bahwa
keadaan sosial dan ekonomi mempunyai pengaruh yang besar atas type laki-laki
dan perempuan. Ada
berbagai lapangan hidup, di mana perempuan melakukan pekerjaan yang lebih berat dan lelaki melakukan pekerjaan
yang lebih ringan menurut persekutuan
adat semenda (aturan matrilineal, yakni tata-kekeluargaan yang memntingkan
garis turunan ibu). Type manusia di dalam masyarakat, yang lelaki ataupun
perempuannya memegang jabatan intelektuil, adalah tidak lain daripada type
manusia bahwa perempuannya hanya bekerja di dapur atau di rumah tangga saja.
Simone de Beauvoir dan Margaret Mead, beranggapan
bahwa di antara laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak ada perbedaan yang
disebut perbedaan ‘genotypis’ (yakni perbedaan type yang terjadi oleh pembawaan
keturunan) dan semua perbedaan yang tidak hayati (biologis) adalah
‘phaenotypis’ (yakni perbedaan yang tampak di luar saja) maksudnya ialah bahwa
perbedaan-perbedaan itu tidak terletak pada asalnya,
pada struktur lelaki atau perempuan
(genotypis), tetapi hanya pada keadaan sosial (phaenotypis). Tetapi anggapan
itu tidak dapat pertahankan. Sebab di dalam Alkitab,
yakni kitab Kejadian, sama sekali
tidak dibicarakan tentang perbedaan genotypis di antara manusia.
Untuk mendekati pengertian-pengertian itu dengan
keterangan dari Alkitab dan kenyataan manusia. Baiklah kita mulai dari hal yang
mudah. Perbedaan hayati (biologis)
dapat dikonstatir oleh setiap orang.Perbedaan perawakan atau sosok tubuh dan
alat-alat kelamin. Pada
lelaki urat-uratnyalah lebih sempurna; pada perempuan jaringan lemaknya. Pada pria susunan saraf
vegetative lebih stabil daripada wanita. ‘Prof. Buytendijk’. Selanjutnya tampak
perbedaan dalam bentuk badan,
misalnya sosok tubuh, raut muka, pendengaran telinga, tilik mata dan lain-lain.
Di kitab Kejadian, di situ tertulis bahwa Adam
menerima tugas memberi nama kepada segala makhluk, artinya, ia harus
menyelidiki struktur makna dan tempat
segala makhluk itu di dalam kosmos. Sebab Tuhan juga memberikan nama kepadanya
sendiri, yaitu Adam, manusia (Adam,
homo), yang diambil dari tanah (adanya, humus) dan yang bertugas mengolah, mengusahakan,
menguasai bumi ‘Kejadian 1:28 dan 2:7’. Jadi dapatlah kita katakan bahwa type
khas laki-laki adalah pekerja, organisator yang mengolah bahan-bahan di bumi
ini untuk tujuan merawat, memupuk dan memeliharanya. Dalam Kejadian 3:20
perempuan itu diberi nama Hawa,
artinya ibu segala yang hidup. Terbuktilah bahwa perempuan membuktikan diri
kepada umat manusia digambarkan dalam keibuannya.
Type khas perempuan ialah ibu. Type
yang dimaksudkan ialah type umum keadaan manusia sebagai wanita. Walaupun belum
menjadi ibu, namun pada wanita sejati terdapat keibuan. Sifat-sifat yang ada
pada ibu adalah tidak terlayang jauh kedepan, pandanganya terarah kepada
benda-benda yang dekat di sekelilingnya. Ia mengasuh, merawat, memelihara,
melindungi. memerlukan nilai-nilai pada manusia dan benda-benda di
sekelilingnya. Ia menanggung dan bertahan, ia mengorbankan dirinya, ia tidak
menjauhkan diri dari benda-benda dan manusia. Selalu ia ada di dekatnya, ikut
merasakannya, ikut menghayatinya, sibuk merwatnya. Dengan demikian laki-laki
dan perempuan itu saling melengkapi.
Kesimpulan
Tuhan yang menciptakan dan memperbaharui kehidupan
manusia, telah menciptakan kita sebagai laki-laki
dan perempuan. Tuhan
hendak mengajar kita mengamini keadaan kita sebagai laki-laki dan keadaan kita
sebagai perempuan. Apabila
kita mau menerima keadaan kita sebagai lelaki dan perempuan dengan penuh
syukur, maka dapatlah menuju kepada tujuan yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Tanggapan
Buku ini sangat bagus untuk
dipelajari. Sebab bagian bab yang saya bahas ini berkaitan mengenai pandangan
mitos-mitos terhadap perbedaan jenis kelamin, dan pandangan Alkitab. Jadi, saya
sebagai mahasiswa teologi dapat menjelaskan hal ini di mana akan melayani, dengan memakai metode penjelasan
tentang pandangan Alkitab. Supaya mereka tidak salah mengartikan antara
kedudukan lelaki dan perempuan. Sebab
diatas telah dijelaskan bahwa lelaki dan perempuan itu saling melengkapi dan
tujuan Tuhan yang utama bagi umat-Nya
supaya sama-sama melakukan persekutuan yang baik dan benar di mata-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar