LAPORAN BACA
Nama : Benalia Hulu
Semester : IV (Empat)
Mata
Kuliah : Sejarah Gereja Asia
Dosen : Yonas Muanley, M.Th
Buku : Sejarah Gereja Asia
Pengarang : DR. Anne Ruck
Kekristenan
lahir di tempat antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Dari segi geografis
kota Yerusalem terletak diwilayah Asia Barat, tetapi dari segi polotis
merupakan ibukota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang berorientasi ke arah
Eropa. Dari sinilah Tuhan Yesus mengutus murid-murid-Nya menjadi saksi ke Yudea,
Samaria, sampai ke ujung bumi. Masa pertama
Gereja di Asia (sampai tahun 1500), menguraikan perluasan kekristenan pertama
ke arah Timur, ke wilayah Timur Tengah, India dan sampai ke Cina. Orang Kristen
Asia adalah orang yang pertama sekali memakai gedung gereja sebagai tempat
beribadah dan yang pertama menerjemahkan Alkitab. Raja Kristen pertama adalah
orang Asia.
Bagian
Barat mengabarkan Injil di Asia (1500-1945), menguraikan sejarah gereja Asia
pada zaman misi Gereja Barat. Periode tersebut merupakan periode yang paling kaya
dari segi sumber-sumber historis, baik sumber primer maupun buku-buku dan
lain-lain. Di Asia kekristenan menghadapi agama-agama dan kebudayaan kuat, yang
sulit dimasuki Injil. Kesulitannya menimbulkan beberapa pertikaian, misalnya
mengenai isu tentang kasta, upacara menghormati nenek moyang dan lain-lain.
Penginjilan diarahkan pada golongaan masyarakat yang dianggap strategis.
Berbeda dengan misi katolik, misi Protestan mengutamakan penerjemahan Alkitab
sebagai langkah pertama pekabaran Injil. Gereja protestan menekankan Firman
Tuhan (sola scriptura), ditambah lagi tersedianya Alkitab dalam
bahasa setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi kontekstual, tanpa
bergantung terus pada hasil penafsiran orang-orang Barat.
Tujuan misi Protestan adalah menanam
serta mendidik gereja-gereja bumi putra mandiri. Beberapa gereja di Asia,
terutama di Korea dan jepang, dengan cepat mencapai kemandirian ekonomi,
sedangkan di negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari luar. Orang
Kristen setempat dipersiapkan jawab atau kekuasaannya. Perang Dunia II secara
dratis menghentikan “masa remaja” gereja Asia, sehingga dipaksa untuk mencapai
kemandirian. Kekristenan Asia pada periode 1945-90, menguraikan sejarah
gereja-gereja dalam usaha mencapai kemandirian, serta mengembangkan kekristenan
bergaya Asia abad ke-20.
Permulaan Gereja Di Asia
A.
Timur
Tengah
Antiokhia,
ibukota propinsi Siria, kota ketiga dalam Kekaisaran Romawi, menjadi pusat
penginjilan kepada orang-orang bukan Yahudi. Di kota inilah para pengikut Yesus
untuk pertama kalinya disebut ‘Kristen’. Gereja di Antiokhia menjadi gereja
pengutus bagi perjalanan Paulus dan Barnabas ke propinsi Asia Kecil (Turki).
Gereja di Antiokhia bertanggung jawab atas penggembalaan di daerah tersebut,
sebagaimana tampak pada tujuh puncak surat tulisan Ignatius, Uskup Antiokhia,
ketika ia sedang dibawa ke Kota Roma untuk dihukum mati pada tahun 107 M. Uskup
Antiokhia berkuasa atas daerah di sebelah timur Laut Tengah. Dua negara besar
yang berkuasa atas daerah Timur Tengah pada abad pertama adalah Roma dan Partia
(kemudian disebut Persia). Dalam Kekaisaran Romawi ada beberapa faktor yang
emnolong penyebaran Injil kearah Barat. Hukum dan tata-kenegaraan Romawi (pax Romana ‘Perdamaian Roma’) menjamin
keamanan dan stabilitas.
Daerah-daerah
di kawasan timur kurang stabil dibandingkan dengan Kekaisaran Romawi. Lembah
Sungai Efrat, daerah yang berbatasan dengan Kekaisaran Romawi, tergoncang oleh
peperangan antara Roma dan Partia/Persia. Namun, sistem perhubungan melalui
jalan perdagangan (jalan sutra) dari Siria ke lembah Tigris-Efrat (Irak, Iran),
menuju ke Cina, ataupun melalui arah perjalanan laut dari Mesir ke Arabia dan
India sudah baik. Penyebaran Injil ke Asia mengikuti jalan-jalan perdegangan
tersebut. Daerah timurjuga mempunyai bahasa bersama. Bahasa Siria (Arami), yang
dipakai seluruh Mesopotamia, dan juga orang Yahudi untuk sehari-harinya.
Terjemahan Alkitab dalam bahasa Siria menjadi sarana penginjilan yang penting.
Bangsa Yahudi menjadi jembatan untuk penginjilan di seluruh daerah Timur
Tengah.
B.
India
Menurut
Kisah Rasul Tomas, setelah hari
pentakosta kedua belas rasul membuang undi untuk menentukan ke mana setiap
orang diutus untuk mengabarkan Injil. Di India, disuruh membangun istana un tuk
Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterima untuk pembangunan istana
diberikan oleh Tomas kepada orang miskin. Tomas menerangkan bahwa ia sedang
membangun istana di sorga bagi Raja Gudnaphar. Raja itu sangat marah
memenjarakan Tomas. Akan tetapi, sesudah Tomas melakukan beberapa mujizat bersama
dengan adiknya Gad menerima ‘tiga tanda meterai kekristenan’, yaitu urapan
minyak, babtisan dan perjamuan Kudus. Tomas berjalan jauh untuk mengabarkan
Injil, sampai ia ditombak mati di bagian di india. Bukti menunjukkan bahwa
seorang yang bernama Tomas pedagang memimpin suatu kelompok besar, 400 oarng
Kristen, mengungsi pada Partia pada tahun 345, pada masa penghambatan. Sebuah
patung perunggu telah ditemukan yang menggambarkan raja Malabar, Palli-Vanavar,
yang meninggal kira-kira tahun 350. Patung raja tersebut dihiasi kalung dengan
lambang salib, dengan teratai di tangahnya.
C.
Edessa
Di
antara dua negara besar, Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran Partia, terletak
beberapa negara kecil yang berjuang dengan susah payah untuk mempertahankan
kedudukan mereka sebagai negara merdeka. Salah satu negara kecil itu adalah
kerajaan Osrhoene. Ibukotanya adalah Edessa, yang terletak di Sungai Daisan,
anak Sungai Efrat, dekat jalan perdagangan antara Armenia dan padang gurun
pasir di Siria. Edessa adalah kota pertama yang mempunyai gedung gereja.
Orang-orang Kristen di Kekaisaran Romawi masa itu berkumpul di rumah-rumah
jemaat untuk beribadat. Pada akhir abad ke-2 gereja di Edessa sudah mempunyai
klerus. Menurut ajaran Addai, Uskup Edessa yang pertama adalah Addai dan ia
mengangkat Aggai sebagai penggantinya. Aggai, tukang jahit kain sutra di
istana, dibunuh atas perintah anak Abgar, orang yang tidak percaya. Kemudian
Palut ditahbiskan sebagai uskup oleh Serapion, Uskup Antiokhia, menjelang akhir
abad ke-2. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa Uskup Antiokhia berwewenang
atas Gereja Timur pada masa itu. Pada abad ke-3 gereja di Edessa sudah
berkembang dan kuat. Pada tahun 216 kota Edessa direbut oleh Kaisar Caracalla,
sehingga Osrhoene menjadi sebaian Kekaisaran Romawi.
D.
Kristologi
dan Soteriologi Gereja Asia Purba
Agama
Kristen lahir di suatu tempat dan pada suatu waktu di mana berbagai kebudayaan
dan kepercayaan bertemu. Akarnya ada
dalam agama Yahudi. Dalam perkembangan teologi Kristen muncul berbagai
perbedaan antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Mengenai antara hubungan Allah
dan manusia. Gereja Roma berpikir secara praktis dan etis. Pokok persoalan
utama yang dibicarakan adalah kebenaran; yaitu masalah dosa dan akibat dosa,
pertobatan, dan kasih karunia Allah dalam pengampunan dosa. Yesus dianggap
terutama sebagai Juruselamat. Perjamuan Kudus diberi tempat yang pokok, oleh
karena sakramen tersebut kematian Tuhan Yesus di Kayu salib kita peringati. Orang-orang
Kristen Asia lebih menekankan perasaan dan pengertian daripada kelakuan. Pokok
utama bagi gereja Asia adalah perbedaan antara yang abadi dan yang fana; apa yang diketahui untuk
memperoleh hidup yang kekal.
Kesimpulannya:
kota Antiokhia menjadi pusat pekabaran Injil ke dunia bukan Yahudi.
Sumber-sumber unutk penginjilan di luar Kekaisaran Romawi sebagian bergantung
pada legenda-legenda. Namun, trdisi bahwa Rasul Tomas mendirikan gereja di
India didukung oleh penemuan-penemuan ilmu purbakala lain. Sudah terbukti bahwa
Injil cepat tersebar di lembah Tigris-Efra, dengan perkembangan gereja yang
kuat, yang berpusat di kota Edessa. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Siria
memainkan peran bermakna dalam perkembangan jemaat. Gereja Asia purba memandang
Kristus dari segi pertentangan antara yang fana dan yang abadi, sebagai Guru
dan Penebus. Pengertian Asia itu dianggap dualistis oleh beberapa tokoh Gereja
Barat, tetapi sekarang diterima sebagai suatu usaha mewujudkan kekristenan
dalam konteks Asia.
Pertumbuhan
Dan Penghambatan Di Persia
A. Gereja Purba di Partia
Kerajaan
Persia telah menguasai daerah Barat Tengah mulai abad ke-6 sampai abad ke-4 SM.
Persia dikalahkan oleh Aleksander Agung, perintis dinasti Seleucid (Yunani).
Kemudia pada tahun 247 SM bangsa Partia, pengembara-pengembara dari bagian
utara, merebut kekuasaan di Asia Barat Tengah. Disana banyak corak kebudayaan
dan agama yang berbeda-beda. Agama utama adalah agama Zoroaster. Dan masih
banyak penganut-penganut lain. Imam-imam Zoroaster sering merampas rumah orang
Kristen, menangkap dan menyiksa para penghuninya. Pada tahun 160 Uskup Abraham
pergi ke Ktesiphon, ibukota Kekaisaran Partia, dengan tujuan memohon agar
kaisar mengeluarkan edik melarang penyiksaan orang Kristen oleh imam-imam.
Meskipun gereja menghadapi penghambatan
dari para tokoh Zoroaster, namun gereja terus berkembang.
B.
Penghambatan
di bawah Kekaisaran Persia
Pada
tahun 225 M propinsi Persia memberontak melawan Kekaisaran Partia. Dalam waktu
satu tahun mereka merebut kekuasaan di seluruh daerah Kekaisaran Partia, dan
memproklamirkan Ardasyair sebagai raja pertama dinasti Sassandi. Dengan
peristiwa tersebut mulailah zaman Kekaisaran Persia yang kedua. Dinasti
Sassanid menganggap dirinya sebagai ahli waris bangsa Media dan Persia. Mereka
mempunyai cita-cita untuk memulihkan kejayaan Persia yang dulu, dan
mempersatukan kekaisaran dalam satu agama. Pada tahun 226 agama Zoroaster
dinyatakan sebagai agama negara Persia. Pada mulanya gereja tidak mengalami
penghambatan, malahan berkembang. Kerajaan Persia Sassanid meneruskan
peperangan melawan Kekaisaran Romawi.
Permusuhan antara Persia dan Roma begitu dahsyat sehingga orang Kristen
yang mengungsi dari Roma karena dianiaya semakin diterima di Persia. Gereja di
Persia maupun di Roma dianggap sebagai satu umat.
Kesimpulannya:
Gereja berkembang di Persia, namun tetap merupakan kelompok minoritas. Agama
Zoroaster (agama negara sesudah tahun 226) mempunyai susunan kepercayaan yang
kuat dan hierarki magus-magus melawan agama-agama lain. Hubungan umat Kristen
dengan saudara-saudara seiman di negara-negara lain menimbulkan kecurigaan,
dengan akibat kebijakan pemerintah terhadap gereja selalu dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah Roma, dan juga oleh baik buruknya hubungan Kekaisaran
Persia dengan Kekaisaran Romawi.
Umat
Kristen di Persia mengalami penganiayaan yang pasang surut. Tahun 339-379
merupakan puncak penganiayaan. Penganiayaan kali ini sampai-sampai melemahkan
gereja. Meskipun demikian, gereja bertahan, sampai akhirnya pada tahun 410
diberi status minoritas resmi dalam negara bukan Kristen. Gereja di Persia mengembangkan
suatu identitas yang kuat; dengan ciri-ciri teologi bercorak Nestorian,
sehingga akhirnya dikenal sebagai gereja Nestorian; dengan penghargaan tinggi
terhadap hidup beraskese; dan semangat
besar untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia.
Gereja Dan Islam
Perluasan
agama Islam yang cepat pada abad ke-7 merupakan tantangan besar bagi
Kekristenan di Asia, bahkan yang terbesar dalam sejarah gereja. Di Arabia dan
di Afrika iman Kristen nyaris musnah. Di Siria dan di Palestina gereja
dibiarkan sebagai minoritas resmi dalam sistem ‘dhimmi’. Penyerbuan bangsa
Turki, bangsa yang sangat kejam, pada abad ke-11 menambahkan penganiayaan,
sedangkan Perang Salib, dengan tujuan membebaskan Tanah Suci, akhirnya membawa
penderitaan dan memperburuk hubungan Kristen-Islam.
Penindasan
sosial dan ekonomi di bawah pemerintahan Islam melemahkan gereja. Penderitaan
umat Kristen mencapai puncak yang paling dahsyat dengan pembunuhan
besar-besaran oleh tentara Tamerlan. Akibatnya gereja Asia hampir hilang,
kecuali di Siria, India Selatan dan beberapa jemaat kecil yang terpencar-pencar
di Asia.
Misi
Katolik Roma
Akibat
sistim padroado, para pekabar Injil Katolik datang ke Asia berdampingan dengan
penjajahan Portugal. Fransiskus Xaverius bersama tokoh-tokoh Yesuit lain
mempelopori pengabdian penuh kasih serta metode pengajaran yang sederhana dan
pekabar Injil di seluruh dunia, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan
Portugal dan Spanyol. Di Jepang, Cina dan India misi Yesuit menghadapi
agama-agama asli yang kuat. Mereka berusaha memenangkan orang-orang terkemuka,
pemimpin masyarakat, dengan metode menyesuaikan imannya dengan kebudayaan Asia.
Ordo-ordo lain menuduh Serikat Yesus terlalu sinkretis.
Di
Jepang gereja cepat berkembang sebagai hasil pertobatan beberapa daimyo, lalu
masa penganiayaan dahsyat hampir melenyapkan gereja. Di Cina, Ricci dan
pengganti-penggantinya disenangi di istana, tetapi akhirnya gereja dilemahkan
oleh kontroversi mengenai upacara istiadat Cina, dan penentangan kaum Buddha.
Di India De Nobili berhasil menginjili beberapa orang Brahmin, tetapi gereja
dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara istiadat Malabar. Dalam setiap
pertikaian, keputusan terakhir Gereja Katolik Roma menolak bahaya sinkretisme
atau kompromis dengan agama-agama lain.
Misi
Protestan Dan Perkembangan Gereja Di Cina
Dengan
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Cina, Robert Morrison meletakkan dasar
misi Protestan di Cina. Pada abad ke-19 Cina terpaksa membuka diri terhadap
orang asing dan terhadap perdagangan candu. Meskipun para misionaris mencela
perdagangan tersebut, mereka berbondong-bondong masuk Cina bersamaan dengan
imperialisme. Keadaan ini mengakibatkan kekristenan dianggap berkaitan erat
dengan imperialisme.
Hudson
taylor dengan badan misinya CIM mengabarkan Injil secara luas di pedalaman
Cina, dengan tujuan agar orang Cina percaya secara pribadi kepada Yesus
Kristus. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat Cina dan mendirikan
gereja asli Cina. Pada tahun 1905 kurang lebih seperseuluh orang Protestan Cina
telah menjadi Kristen sebagai hasil pelayanan CIM. Di lain pihak tujuan Timothy
Richards adalah mendidik golongan terkemuka, agar kebudayaan Cina diresapi
nilai-nilai Kristen dan alumni perguruan tinggi Kristen. Wang Mingado memimpin
gerakan Kristen Cina yang bersifat asli, yang bebas dari pengaruh Barat dan
tidak bergabung pada dukungan ekonomi Barat. Pada tahun 1949 kaum komunis
menguasai seluruh Cina.
Misi
Dan Perkembangan Gereja Di Jepang
Pada
abad ke-19 perjanjian-perjanjian perdagangan membuka jalan bagi pekabaran Injil
di Jepang. Orang Jepang ingin memperoleh teknologi dan pengetahuan Barat,
sehingga semakin terbuka terhadap agama Kristen, bahkan pemerintah mengangkat
orang Kristen sebagai pengajar diperguruan negeri. Dengan datangnya
pastor-pastor Katolik Roma, umat Kristen tersembunyi yang merupakan keturunan
jemaat-jemaat yang pertama di Injili 300 sebelumnya, berani manampakkan diri.
Meskipun dianiaya, gereja Katolik Roma berkembang. Nikolai, pendeta konsul
Rusia, membangun gereja Ortodoks Rusia di Jepang.
Gereja-gereja
Protestan berhasil diantara golongan militer, yaitu Samorai, yang tertarik pada
konsep pemuridan dan pengabdian. Orang-orang Skristen Samurai mengadakan
pertemuan ditempat salah seorang guru Kristen, di perguruan tinggi Kristen atau
di perguruan tinggi pemerintah. Kebangunan rohani pada masa 1880-an membuat
gereja berkembang cepat. Beberapa tokoh Kristen Jepang muncul sebagai pemimpin
, yang mewujudkan kekristenan gaya Jepang. Uchimura memimpin gerakan
nir-gereja. Pengabdian Kagawa melayani orang miskin menggerakkan hati nurani
masyarakat Jepang. Meskipun perkembangan gereja di Jepang cukup menggembirakan,
namun kehidupan umat Kristen tidak lepas dair pergumulan. Nasionalisme Jepang
yang semakin kuat berkaitan dengan upacara agama Syinto menyebabkan orang
Kristen menjadi bingung mancari jalan menyatakan kesetiaannya kepada tanah air
Jepang, tanpa membahayakan iman Kristen sejati.
Kekristenan
Di Thiland Dan Burma/Myanmar
Baik
di Thailand maupun di Burma/Myanmar agama Buddha berkaitan erat sekali dengan
kepribadian suku bangsa utama. Baik di Thailand maupun di Burma, kekristenan
paling berhasil berkembang diantara suku-suku minoritas, terutama di daerah
pegunungan. Akibatnya, di Burma perjuangan politik suku-suku minoritas dan
permusuhan antara suku sering melibatakan soal agama.
Gereja
di Thailand mengembangkan kepemimpian penduduk asli. Gereja mengalami
perkembangan pesat pada tahun 1960-an dan 1970-an, terdorong oleh kerjasama
antara gereja dan kampanye pekabaran Injil bersatu. Kebijakan pemerintah Burma
yang suka mengasingkan negerinya dari dunia mendorong gereja untuk berdiri
sendiri dan mengabarkan Injil secara agresif. Kekristenan berkembang diantara
suku-suku pegunungan di mana gereja mengalami pembaharuan rohani serta gerakan
kharismatik. Baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar terjadi polarisasi antara
kaum evangelikal dan kaum oikumenis mengenai misi gereja dan peranan gereja
terhadap masyarakat beragama Buddha.
Kekristenan
Di Malaysia Dan Singapura
Pendudukan
Jepang pada masa perang Dunia II mendorong baik perkembangan kepemimpinan asli
maupun oikumene. Sesuai perang, dibuka sekolah-sekolah teologi dan didirikan
Dewan Kristen Malaysia. Ancaman Komunis pada masa keadaan darurat mengakibatkan
pemerintahan penjajah Inggris mendukung pekabaran Injil di Perkampungan Baru,
dengan hasil banyak gereja Cina didirikan. Kejadian yang paling menentukan pada
masa kini adalah pembagian Malaya/Singapura menjadi dua negara, Malaysia dan
Singapura, dengan kebijakannya masing-masing. Di Malaysia Islam, yang merupakan
agama negara, semakin bersikap agresif. Umat kristen menjawab ketegangan dengan
mengembangkan kemandirian supaya bebas dari pengaruh Barat, dengan gerakan
oikumene dan dengan gerakan pertumbuhan gereja serta pembaharuan rohani.
Singapura
dinyatakan negara sekuler berdasarkan kebebasan beragama, sehingga lebih
terbuka, dengan akibat gereja bertumbuh pesat. Di Singapura orang Kristen
kebanyakan dari golongan muda berpendidikan tinggi. Baik di Singapura maupun di
Malaysia gerekan Kharismatik berkembang dikalangan orang berpendidikan. Baik di
Singapura maupun di Malaysia Barat golongan masyarakat berpendidikan, terutama
orang Cina, paling terbuka terhadap Injil. Di malaysia Timur suku-suku aslilah
yang paling terbuka. Orang Melayu hampir belum tersentuh kekristenan, malah di
Malaysia orang Melayu tidak boleh beralih agama menjadi Kristen.
Kekristenan
Di Filipina
Sejarah
gereja Filipina harus dipahami dalam konteks pengaruh kuat Amerika,
masalah-masalah ekonomi yang semakin meningkat, masa diktator militer tahun
1972-86 dan pemberontakan kaum Maois serta kaum Islam. Filipina merupakan
negera Katolik. Kebanyakan pennduduknya beragama Katolik, maka gereja Katolik
Roma berpengaruh dilapangan politik. Pada masa pemerintahan Marcos jumlah orang
Katolik yang melawan pemerintah semakin meningkat. Pada tahun 1986 peranan
Kardinal Sin menentukan jatuhnya Marcos dan pemilihan Corazon Aquino sebagai
Presiden.
Umat
Protestan terbagi atas empat kelompok: golongan oikumene (DGNF), golongan
evangelikal (DKF), golongan fundamentalis serta golongan Khrismatik/Pentakosta.
Kaum oikumene lebih aktif mengeluarkan pendapat mengenai isu-isu politik.
Gereja-gereja Protestan bertumbuh pesat sejak tahun 1970-an, dengan pekabaran
Injil secara agresif yang bertumpu pada gereja lokal. Kaum oikumenis dan
evangelikal bekerjasama dalam program penginjilan DAWN. Semangat nasionalisme
mewarnai baik gereja Katoliuk maupun gereja Protestan dan menarik banyak orang
masuk gereja Filipin mandiri ataupun sekta Iglesia
ni Cristo.
Misi
Protestan Dan Perkembangan Gereja Di India
Misi
Protestan masuk India bersama dengan negara Inggris, sehingga tidak terlepas
dari corak imperialisme, meskipun pemerintah Inggris bersikap netral terhadap
agama. William Carey menetapkan asas-asas misi yang menjadi dasar bagi misi
Protestan: penerjemahan Alkitab, penelitian mendalam kebudayaan setempat,
penginjilan luas dan pembangunan gereja asli mandiri. Hendri Martyn memberi
sumbangan penerjemahan Alkitraab dengan mutu ilmiah yang tinggi.
Para
pekabar Injil bersilisih pendapat mengenai soal kasta. Alexander Duff
mendirikan sekolah-sekolah untuk orang India berkasta tinggi dengan sebagian
menjadi Kristen atau terpengaruh oleh pemikiran Kristen. Namun pertumbuhan
gereja yang utama terjadi dalam lingkungan kasta rendah. Orang Kristen
berkebangsaan India mempunyai peranan yang menentukan dalam gerekan pertobatan
massal; sedangkan para pekabar Injil dari Barat agak lambat menyambut gelombang
orang beralih agama masuk Kristen.
Pada
abad ke-20 pendidikan teologi ditingkatkan. Muncullah beberapa tokoh Kristen
yang mengekspresikan spritualitas Kristiani dalam bentuk kehidupan khas India,
misalnya Sundar Singh, atau dalam bentuk teologi yang diarahkan pada
konsep-konsep pemikiran Hindu.
Kesimpulan
Sejarah
Gereja Asia mendapat perhatian yang semakin meningkat, bukan saja dari pakar misiologi
Barat, melainkan juga dari seluruh gereja, terutama dari orang Kristen Asia sendiri.
Tanggapan:
buku ini sangat baik kepada mahasiswa sekolah tinggi teologi sebagai bahan studi
untuk mata kuliah Sejarah Gereja Asia. Dan tidak tertutup juga bagi siapa yang berminat
untuk memperdalam pengetahuannya tentang sejarah perkembangan kekristenan di Asia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar